Jakarta, pulausumbawanews.net – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi bibit siklon tropis 91S dan 92S di Samudera Hindia, Sabtu (22/3/2025). Sistem tersebut muncul ketika wilayah Indonesia mengalami peralihan musim dari hujan ke kemarau mulai Maret 2025.
Bibit siklon tropis 91S terdeteksi di Samudra Hindia sebelah barat daya Banten dengan pusat sirkulasi di 15,3 derajat lintang selatan dan 98,4 derajat bujur timur.
Sementara itu, bibit siklon tropis 92S berada di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa Timur dengan pusat sirkulasi di 13,7 derajat lintang selatan dan 114,0 derajat bujur timur.
BMKG mendeteksi bibit siklon tropis 91S dan 92S karena dua sistem ini berada di wilayah monitoring Pusat Peringatan Dini Siklon Tropis (TCWC) Jakarta.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menjelaskan, bibit siklon tropis 91S yang terdeteksi hari ini telah mengalami penurunan intensitas.
Hal tersebut ditandai dengan penurunan kecepatan angin maksimum menjadi 25 knot atau sekitar 46 km/jam dan kenaikan tekanan udara minimum menjadi 1004 hPa. Berdasarkan pengamatan citra satelit, sambungnya, menunjukkan aktivitas konvektif di sekitar sistem cenderung menurun. “Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi kelembapan yang mulai kering terutama di lapisan menengah dengan area deep convective yang masih berada di barat laut pusat sirkulasinya disebabkan oleh tingginya shear vertical ke arah barat di area tersebut,” papar Andri dalam siaran persnya yang diterima media ini, Sabtu (22/3/2025).
Andri menjelaskan, kemunculan bibit siklon tropis 91S didukung oleh aktifnya gelombang Madden Julian Oscillation (MJO).
MJO adalah suatu gelombang atau osilasi non-seasonal di lapisan troposfer yang mengarah dari barat ke timur dengan periode osilasi sekitar 30-60 hari.
Fenomena tersebut sangat berdampak terhadap kondisi anomali curah hujan di wilayah yang dilaluinya
Selain MJO, faktor lain yang mendukung aktifnya bibit siklon tropis 91S adalah suhu permukaan laut yang cukup hangat antara 28-30 derajat Celsius, divergensi lapisan atas dalam kategori sedang-kuat, dan vortisitas yang masih kuat di lapisan 850-700 hPa.
Meski begitu, BMKG menemukan beberapa faktor yang menghambat pertumbuhan sistem tersebut, salah satunya lokasi bibit siklon tropis 91S yang berada di wilayah dengan vertical wind shear yang kuat (25-30 knot).
Faktor lainnya adalah konvergensi lapisan bawah dalam kategori lemah dan kondisi kelembaban terutama di lapisan menengah yang kering. (PSa)