Oleh : Novi Dewi Sartika (Pengamat)
Sampai hari ini, sendi sendi perekonomian masih luluh lantah diterjang badai covid-19. Semua lini merasakan dampaknya. Sehingga, pemulihan ekonomi kerap disampaikan pemerintah melalui program program dan komitmennya. Seperti komitmen Pemerintah provinsi NTB. Yaitu, meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dengan pemanfaatan teknologi. Pembuktian komitmen tersebut dilakukan melalui program industrialisasi dengan menyediakan sistem infrastruktur digital ekonomi, yaitu aplikasi NTB mall dan mahadesa.
Selain itu, pada pertemuan webinar Transformasi Ekonomi Balinusra dengan tema Balinusra Menuju Pertanian 4.0, “Gubernur NTB menyampaikan dengan adanya aplikasi NTB Mall dan Mahadesa, industrialisasi pertanian tidak lagi wacana tapi sudah dibuktikan oleh UMKM/IKM masyarakat NTB”. (lombokpost.jawapos.com 15/09/2021)
Integrasi Infrastruktur Digital Ekonomi dengan Program Smart City
Aplikasi NTB mall dan mahadesa dalam sistem infrastruktur digital ekonomi erat kaitannya dengan pengembangan kota atau smart city. Smart city merupakan pengembangan perkotaan untuk mengintergrasikan teknologi informasi beserta teknologi internet dalam mengelola aset kota.
Beberapa daerah di NTB telah dinobatkan menjadi smart city. Seperti, Kabupaten Lombok Timur, kota Mataram dan kabupaten Sumbawa. (aptika.kominfo.go.id)
Untuk mendapatkan predikat smart city, kabupaten dan kota ini harus memenuhi 6 indikator. Yakni smart environtment (menyiapkan kawasan wisata prioritas menjadi kawasan yang bersih, bebas sampah, dan tertib, tanpa meninggalkan unsur tradisionalnya), smart economy (memastikan implementasi TIK dalam proses transaksi (cashless) berlangsung di kawasan wisata prioritas dan pemerintah daerah sekitarnya), smart branding (membantu pemerintah daerah pada kawasan wisata prioritas dalam meningkatkan kunjungan wisata), smart government (memastikan pemerintah daerah pada kawasan wisata prioritas menerapkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) secara berkualitas dalam upaya pelayanan publik yang baik), smart society (memastikan masyarakat tujuan wisata prioritas dan kawasan sekitarnya memiliki kapasitas unggul dan mampu menjadi tuan rumah yang baik) dan smart living (mendorong situasi kawasan wisata prioritas yang kondusif dan nyaman bagi masyarakat dan wisatawan, melalui penyediaan transportasi, logistik yang tentram, aman, dan ramah). (aptika.kominfo.go.id)
Menjadi jelas, aplikasi NTB mall dan mahadesa merupakan penerapan implementasi TIK yang harus dikebut oleh Pemprov NTB yang memiliki kota smart city.
Ada Apa Sebenarnya Dibalik Smart City ?
NTB dengan kekayaan alam dan pariwisata halal ibarat gadis perawan yang menjadi incaran. Potensi yang ada menjadikan NTB sebagai salah satu Kawasan Pariwisata Prioritas Nasional (KPPN). Dengan kemajuan daerah wisata, diharapkan akan menambah ketertarikan para investor untuk mengembangkannya. Banyaknya investor yang tertarik berinvestasi bagaikan angin segar bagi keterpurukan ekonomi negara. Apalagi disaat pandemi yang belum berakhir. Maka dari itu, konsep smart city adalah upaya pemerintah untuk menghadirkan kota yang kondusif untuk berinvestasi.
Salah satu contoh, PT. Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) telah berinvestasi sebesar Rp. 709 miliar untuk membangun Pullman Lombok Mandalika Beach Resort di Lombok Timur. Pembangunan hotel ini untuk menyambut event sport tourism (motoGP) yang bakal digelar di Mandalika. Belum lagi yang di kabupaten Sumbawa, PT. Palembang GMA Refinery dan Consortium (PGRC) sudah siap untuk berinvestasi kilang minyak dan industri bioethanol di kawasan SAMOTA. Maka dalam hal ini, sungguh sangat jelas bahwa smart city bukan untuk kepentingan rakyat, akan tetapi untuk kepentingan para investor yang akan berinvestasi.
Selain itu, tidak bisa disangkal. Dampak arus digitalisasi akan merubah pola pikir dan pola sikap masyarakat. Menumbuhkan sikap liberalis, hedonis, serta menggeruskan aqidah akibat sekularisme dan kapitalisme yang semakin kuat menghantam.
Untuk menyikapi hal ini, masyarakat NTB harusnya mengembalikan permasalahan ini kepada Islam. Islam datang dari sang Pencipta, memiliki pengaturan yang sesuai dengan fitrah manusia. Dalam perkembangan teknologi, Islam justru menerima teknologi untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat. Tidak memihak kepada siapapun, apalagi kepada investor.
Edukasi dan filterisasi akan dilakukan guna menghadang arus digitalisasi yang disalah gunakan. Sehingga, penggerusan aqidah, liberalisme, hedonisme dipastikan tidak terjadi. Dan masyarakat NTB pun, akan mampu mempertahankan motto “NTB Maju dan Religious” dengan kembali ke sistem Islam. (***)