Menjaga dan Mengelola Ekosistem Terumbu Karang untuk Masa Depan Laut Sumbawa

Oleh : Muhammad Ridwan
(Anggota Dewan Pertimbangan Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia Wil. IV)

Perairan laut Sumbawa termasuk ke dalam wilayah Lesser Sunda Seascape yang berada pada segitiga karang dunia (The Coral Triangle) yang memiliki biodeversitas laut tertinggi dan habitat bagi 76 % spesies terumbu karang di dunia, dengan kondisi perairan yang tenang serta arus yang relative stabil sehingga memungkinkan untuk berbagai jenis budidaya laut (kerapu, bawal bintang, baronang, mutiara, abalon, ikan hias, rumput laut, kakap). Lebih dari itu, Sumbawa memiliki potensi wisata bahari, pulau-pulau kecil, pengolahan/pemasaran, dan bioteknologi. Serta potensi lahan pesisir (coastal land) keberadaan tambak untuk budidaya udang, bandeng, kerapu, nila, kepiting, rajungan, gracillaria, bahkan budidaya plankton dan biota ekonomis lainnya.

Salah satu parameter pendukung keberhasilan  kegiatan perikanan adalah terjaganya ekosistem bawah laut terutama kehidupan terumbu karang. Hal ini sangat amat penting karena terumbu karang merupakan sumberdaya laut yang sangat krusial untuk keberlanjutan pembangunan perikanan, pariwisata dan budaya. Karena itu, terumbu karang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi bagi pembangunan masyarakat pesisir (Cesar, 2000). Selain mencegah erosi pesisir, terumbu karang menyediakan sumber pangan dan mata pencaharian, baik berupa sumberdaya laut yang melimpah untuk dipanen, maupun melalui destinasi wisata alam bawah laut.

Penduduk dunia bergantung sebagian atau sepenuhnya terhadap sumberdaya terumbu karang untuk menyokong kehidupannya. Menurut The Coral Reef Targeted Research & Capacity Building for Management (CRTR) mata pencaharian diantaranya adalah nelayan, pengumpul, pelaku budidaya, pelaku perdagangan biota laut untuk akuarium, serta beragam pekerjaan dan kesempatan komersial yang berhubungan dengan turisme. Terumbu karang juga merupakan sumber yang menjanjikan dibidang farmasi dalam mengobati berbagai penyakit seperti kanker dan AIDS. Dalam skala global, nilai ekonomi total barang dan jasa yang dihasilkan oleh terumbu karang secara kasar diperkirakan mencapai US$ 375 milyar per tahun dengan nilai tertinggi berasal dari sektor rekreasi, jasa perlindungan pantai dan produksi makanan. Nilai tersebut sama dengan nilai rerata terumbu karang setiap tahunnya, yaitu sekitar US$ 6.075 per hektar. Di Filipina, yang memiliki luas terumbu sebesar 27.000 km2 (meskipun hanya 5% yang berada dalam kondisi sangat baik), terumbunya diperkirakan dapat berkontribusi setidaknya US$ 1,35 milyar per tahun ke perekonomian nasional, kombinasi dari sektor perikanan, wisata, dan perlindungan pesisir.

Di negara dalam Kawasan Segitiga Terumbu Karang, persentase penduduk yang bergantung pada terumbu karang jauh lebih tinggi. Sebanyak 88% penduduk di kawasan ini –hampir 320 juta orang –tinggal dalam jarak 100 km dari terumbu karang. Sebanyak 31% penduduk –sekitar 114 juta orang –tinggal sangat dekat dengan terumbu karang (dalam jarak 30 km) dan kemungkinan sangat bergantung pada terumbu karang. Di banyak negara tropis, terumbu karang menjadi objek pariwisata yang sangat penting. Terumbu karang menarik bagi penyelam, perenang yang menggunakan snorkel, dan pemancing sebagai hiburan, dan juga memungkinkan tersedianya pasir putih di pantai. Di seluruh dunia, lebih dari 100 negara/wilayah mendapatkan keuntungan dari pariwisata yang berhubungan dengan terumbu karang. Pariwisata menyumbang lebih dari 15% PDB di lebih dari 20 negara diantaranya di seluruh Kawasan Segitiga Terumbu Karang, kira-kira 45% garis pantainya dilindungi oleh terumbu karang.

Apa yang terjadi saat ini di perairan Sumbawa yaitu maraknya eksploitasi sumberdaya ikan dengan pola-pola penangkapan menggunakan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti bom (dynamite fishing) dan racun/potas (cyanide fishing). Terumbu karang yang telah dibom hanya memberikan keuntungan kecil dan bersifat sementara bagi pengebom ikan, namun memberikan kerugian besar yang berjangka panjang bagi masyarakat. Setelah menganalisa permasalahan ini, saya teringat dengan Firman Allah SWT bahwa“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia” (Q.S : Ar-Rum : 41). Jika hal ini terus dibiarkan maka dapat dipastikan ekosistem terumbu karang sebagai tempat  biota laut untuk nursey ground, feeding ground dan spawning ground akan musnah sehingga mengakibatkan ikan-ikan kehilangan habitat. Sedangkan pertumbuhan karang sangat lambat tiga sampai lima cm pertahun. Overfishing ini pada akhirnya akan berdampak pada kurangnya hasil tangkapan nelayan, ukuran ikan akan semakin mengecil sehingga penangkapan ikan semakin jauh dari pantai akhirnya biaya melaut meningkat.

Pada tahun 2014, Wildlife Conservation Society (WCS) dan Marine Protected Areas Governance (MPAG) bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa melakukan kegiatan identifikasi dan inventarisasi potensi sumberdaya pesisir dan laut di sekitar perairan Pulau Sumbawa. Hasil survey menunjukkan kondisi terumbu karang cukup banyak ditemukan kerusakan terumbu karang yang ditandai oleh patahan karang yang menghitam sebagai dampak kegiatan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak (bom). Berdasarkan kelompok trofik, hampir 60% ikan karang didominasi oleh kelompok ikan planktivora, benthik invertivora dan omnivora, yaitu kelompok ikan yang mayoritas dari famili Caesionidae (ekor kuning dan pisang-pisang), Labridae (keling-kelingan), dan Pomacentridae (betok laut). Sedangkan jenis ikan pemakan polip karang (koralivora), ikan pemakan alga (herbivora) dan ikan pemakan daging (karnivora) ditemukan sangat sedikit jumlahnya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus oleh pihak pengelola mengingat jenis-jenis ikan tersebut merupakan salah satu indikator penting kesehatan ekosistem terumbu karang.

Selain metode transplantasi terumbu karang, apartemen ikan, istana ikan untuk menyelamatkan ekosistem bawah laut. Kegiatan lain yang bisa dilakukan adalah fragmentasi anemon. Anemon merupakan bagian dari Filum Cnidaria, pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Anemon merupakan salah satu komoditi perairan yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis. Anemon bersimbiosis dengan ikan-ikan karang seperti Amphiprion. Anemon laut dan ikan Amphiprion harus hidup dan tumbuh bersama-sama, karena apabila sendiri-sendiri, pertumbuhan dan kelangsungan hidup salah satu atau keduanya akan terganggu Uji (2014) dalam Ridwan (2016). Beberapa jenis anemon laut antara lain,  Actinaria equima, Anemonia sulcata, Bunodactis verrocosa, Redianthus malu dan Stichodactyla gigantea. Anemon secara ekologis dapat meningkatkan kinerja efisiensi energi dan mampu mengundang kehadiran ikan-ikan karang terutama ikan giru (Amphiprion) sehingga menimbulkan semakin beragamnya struktur tropik pada ekosistem terumbu karang. Kehadiran ikan-ikan karang ini berdampak positif terhadap penambahan bahan organik yang berasal dari fecesnya. Populasi baru anemon ini ternyata mampu meningkatkan nilai dan fungsi ekosistem terumbu karang. Sebagai biota pioner dan upaya perbaikan emergensi sambil menunggu lambatnya pertumbuhan karang yang hanya mencapai 3 – 5 cm per tahun (Rifa’i, 2013). Peranan anemon laut terhadap ekosistem terumbu karang menurut Advedlun et al., (2006) tidak kurang 51 spesies ikan karang melakukan simbiosis fakultatif dengan anemon, khususnya di perairan tropis. Antara kedua binatang ini memiliki hubungan yang bersifat mutualisme. Penelitian Rifa’i et al., (2003) memperlihatkan kehadiran anemon laut mampu meningkatkan keragaman biota pada ekosistem terumbu karang. Anemon laut mampu mengisi space-space habitat terumbu karang yang selama ini dikatagorikan sebagai non produktif seperti karang mati, karang hancur, dan pasir. Anemon laut tidak akan pernah menempelkan basal disk-nya pada terumbu karang yang masih hidup. Menurut penelitian yang dilakukan penulis, anemon laut memiliki daya pemulihan (recovery) akibat fragmentasi sangat cepat pada hari kesepuluh. Ini sangat baik dilakukan ke depannya sebagai upaya strategis untuk merehabilitasi kawasan terumbu karang non produduktif di perairan Sumbawa.

Terumbu karang baik, Ikan melimpah. Generasi makan ikan, Indonesia cerdas

Komentar

comments

Shares

Related posts

Leave a Comment