Jelang Muscab PPP Sumbawa, Dapatkah Kamal Jadi Ketua Kembali ?

Catatan : Didin Maninggara

Kamaluddin menjadi Ketua DPC PPP Kabupaten Sumbawa dalam momentum yang krusial. Sebab, era kepemimpinannya, PPP mengalami dualisme kepengurusan, yang masih saling mengklaim keabsahan. Dalam konteks Kabupaten Sumbawa, seperti halnya daerah lain, kubu-kubuan masih belum tuntas, meski pemerintah telah mengakui keabsahan Kubu Romi.
Kamal merupakan gerbong Kubu Romi yang memiliki legalitas formal instutusional, tentu saja berhak maju pada bursa pencalonan Muscab nanti.

Kamaluddin bersama isteri
Kamaluddin bersama isteri

Terkait itulah, dapatkah Kamal kembali menakhodai PPP daerah ini untuk periode 2016-2021 ? Merupakan pertanyaan penting, sekaligus tidak juga mudah mencari jawabannya secara hitam putih. Selain berpulang pada dukungan memadai peserta pemilih. Hal ini juga berpulang pada sederet faktor lain.
Semoga tidak berlebihan saya katakan, bahwa Kamal merupakan figur pas dari aspek kepemimpinan untuk kembali memimpin PPP daerah ini di periode kedua.

Kefigurannya menjadi modal kunci untuk mendongkrak elektabilitasnya. Tentu diperkuat pula oleh integritas, kewibawaan, kesetiaan, dan kepercayaan timbal balik antara yang memimpin dan dipimpin. Bahkan pada masa kepemimpinannya, Kamal berhasil menempatkan PPP pada peringkat kedua perolehan suara Pemilihan Anggota Legislatif di DPRD Kabupaten Sumbawa 2014 dengan perolehan suara 29 ribu lebih.

Dari sisi komunikasi politik, Kamal yang jebolan ITN Malang itu memiliki kemampuan yang mumpuni dalam membangun relasi dan akses bersifat kemitraan. Dengan demikian, semoga tidak berlebihan kalau saya katakan suami Elli Karmeli ini mendapat dukungan moral dan politik dari tataran internal PPP. Namun, bentuk dukungan itu tidak serta merta dapat diraih.

Dalam konteks itu, Kamal memiliki benang merah yang kuat pada Muscab nanti, meski diperkirakan terjadi rivalitas politik yang cukup tajam dengan kandidat lain.

Sisi lainnya yang dipunyai Kamal adalah variabel kepemimpinannya cukup terlihat dalam menakhodai PPP pada periode pertama. Kapabilitasnya nyata dan sudah teruji, justru di tengah konflik dualisme kepengurusan PPP. Namun, dia bisa menciptakan kondusifitas internal partai. Itulah fakta kemampuan kepemimpinannya selama periode pertama. Yakni, kemampuan mengelola konflik internal.*

>Bersambung ke Episode 2.

Kampus Olat Utuk, 25 September 2016

Komentar

comments

Shares

Related posts

Leave a Comment