Sumbawa, Psnews – Wakil Ketua DPR-RI, Fraksi PKS, Dapil NTB, Fahri Hamzah, memberikan petuah berharga bagi para pemuda yang ada di Kabupaten Sumbawa melalui kegiatan Dialog Kepemudaan yang dihelat DPD KNPI Sumbawa di Wisma Daerah Sabtu (05/02/2016). Dalam dialog tersebut, Fahri Hamzah menggugah semangat para peserta yang berasal kalangan pelajar SMP, SMA, aktifitis mahasiswa, dan elemen pemuda lainnya.
Fahri menegaskan bahwa anak muda adalah tulang punggung bagi perubahan-perubahan besar yang terjadi di dalam sejarah umat manusia. Hal itu terjadi sejak awal manusia ada sampai hari ini.
Anak muda kata Fahri, memegang peran di dalam perubahan. Bahkan di zaman kenabian, ada sejarah para Nabi yang memberontak, seperti Nabi Ibrahim yang memberontak kepada Raja Namrud, pemuda Musa yang memberontak kepada Fir’aun, tapi ada pemuda Ismail yang taat kepada Allah melalui perintah qurban. Bahkan ada pemuda Muhammad yang konstruktif memperbaiki sisa-sisa perdabatan yang hancur, lalu menutup suatu bangsa baru dan menyiapkan tempat bagi lahirnya persemaian peradabatan umat manusia yang gemilang sampai akhir zaman.
“Dalam sejarah pergerakan bangsa Indonesia juga demikian. Kita menemukan momentum tentang keterlibatan tentang kaum muda, anak-anak muda yang mengisiasi pertemuan yang ngotot di depan kaum penjajah, berorganisasi dan membangun jaringan kerja lintas kebudayaan dan lintas agama,” papar Fahri Hamzah.
Indonesia memiliki momentum sejarah yang sangat penting dan sampai hari ini dirayakan, yaitu Sumpah Pemuda. Dimana berkumpulnya para Jong (pemuda, red) dari seluruh Nusantara untuk menyatukan pikiran, keberanian, keyakinan dan tekad bahwa suatu hari bangsa yang sedang dijajah akan melepaskan diri dan merdeka. Anak-anak muda itulah yang terus bergerak sampai kemudian terjadilah Negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus tahun 1945.
Dalam kondisi seperti itu, ulasnya, anak-anak muda tersebut tidak terprovokasi oleh kondisi peta politik dunia, tetapi memikirkan apa yang terbaik bagi bangsa mereka sendiri. Kemudian mereka bangkit dan menculik para orang tua yang sudah mulai banyak pertimbangan, mulai terlalu bijak. Mereka diculik dan dipaksa untuk menyampaikan kemerdekaan Indonesia.
Anak-anak muda sambungnya, terus bergerak sehingga pasca kemerdekaan terbentuklah pemerintahan Indonesia dan kekuasaan. Tapi orang-orang idealis pada waktu muda, di waktu tua idealismenya berkurang terus oleh pertimbangan kekuasaan, pragmatisme politik, dan keharusan menerima kenyataan hari-hari yang kadang-kadang pertimbangannya bukan untuk kepentingan umum, tetapi kepentingan pribadi.
Hal itu kemudian membuat stagnasi di pemerintahan, maka terjadilah pemberontakan dan meminta kekuasaan diganti. (PSb)