OPINI : Festival Moyo Terjebak di Ruang Kritik

Oleh : Imron Fhatoni 
(Ketua IKPPM Empang-Mataram) 

Festival Moyo adalah festival tahunan yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa dalam upaya mempromosikan pariwisata dan kebudayaan Sumbawa untuk menggaet wisatawan. Tahun ini festival moyo kembali digelar dan telah resmi dibuka pada tanggal 23 September lalu, serta puncaknya pada 10 Oktober mendatang.

FesMo kali ini terasa begitu spesial, sejumlah kegiatan baru telah digagas oleh Pemda Sumbawa dalam upaya mencapai target angka wisatawan yang telah ditentukan. Sumbawa Buffalo Carnaval adalah salah satu kegiatan yang sangat dinanti masyarakat pada pagelaran fesmo kali ini. Sesuai dengan namanya, kegiatan ini akan menampilkan sejumlah kerbau yang telah dihias dengan manik-manik (di Sumbawa disebut JOMBE) untuk dipamerkan kepada publik. Tapi betapapun riuh gemuruhnya sebuah kegiatan besar, tak pernah menjamin  bahwa kegiatan tersebut akan terhindar dari berbagai kritikan pedas.

Saya dibuat tertarik dengan berita yang beredar di media sosial baru-baru ini, inti dari berita tersebut adalah munculnya berbagai kritikan publik terhadap pagelaran Festival Moyo yang dianggap tidak sesuai target. Kritikan biasanya lahir karena adanya rasa tidak puas terhadap sesuatu. Bisa jadi sebagian masyarakat tidak puas terhadap pagelaran budaya tahunan ini, mengingat selama 5 tahun dilaksanakan secara terus menerus, masih belum membuahkan hasil yang maksimal.

Selain upaya dalam menjaga nilai-nilai kebudayaan, sebenarnya ekspektasi masyarakat terhadap FesMo tidak terlalu berlebihan. Mereka hanya ingin, banyak wisatawan lokal maupun asing mengunjungi sumbawa, lalu merasakan kemeriahan Fesmo sebagaimana yang mereka rasakan di sini. Mereka berfikir bahwa pemerintah tidak memiliki langkah-langkah strategis dalam upaya memajukan sektor pariwisata melalui perhalatan festival budaya sebesar ini. Sehingga beberapa celetukan tidak enak yang ditujukan kepada pemerintah kerap kita dengar di beberapa media masa.

Berbagai potensi wisata yang dimiliki oleh daerah destinasi wisata di tanah air, baik di daerah yang sudah maju maupun yang masih dalam tahap pengembangan, adalah modal dasar pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Mengandalkan kekayaan alam, budaya, dan kesenian tentu belum cukup untuk mendongkrak angka kunjungan wisatawan. Diperlukan langkah strategis untuk memasarkan dan merancang pola pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter daerah setempat.

Saya yakin, tak ada objek wisata yang tak layak jual. Hanya saja kita didorong untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan setiap peluang yang ada. Layaknya menjual sebuah produk, kepariwisataan tentu memerlukan strategi pemasaran yang handal dan tepat sasaran. Belajar dari kesuksesan pulau tetangga, ada berbagai upaya startegis yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mendobrak angka kunjungan wisatawan.

Pertama, Bangunlah tim khusus yang bertugas mengidentifikasi dan menggali potensi Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) sumbawa. Langkah ini harus dilakukan dengan cermat, guna mengetahui secara keseluruhan prihal kekuatan, potensi dan daya tarik wisata yang dimiliki. Diikuti dengan pendataan berbagai fasilitas penunjang pariwisata seperti akomodasi, transportasi, restoran, pasar seni, kerajinan rakyat dan berbagai penunjang-penunjang lain. Berikutnya adalah memoles dengan sentuhan seni, menata ulang objek wisata secara fisik agar keindahan dan kebersihannya terjamin sehingga terlihat menarik dan nyaman untuk dikunjungi.

Kedua, berupaya menjalin kemitraan dengan berbagai pihak. Pengembangan kawasan wisata merupakan salah satu konsep pengembangan jaringan. Pola pengembangan jaringan pariwisata memerlukan kerjasama antar pemerintah daerah maupun sektor swasta secara sinergis. Pengelolaan pariwisata secara parsial oleh suatu daerah karena alasan kewenangan dan kepentingan daerah merupakan penyekatan terhadap pengembangan ODTW dan akan menghambat pengembangan sektor pariwisata.

Landasan pola pikir yang diperlukan dalam pengembangan dunia pariwisata adalah berorientasi pada kebersamaan (mutuality). Melalui pola pikir ini, diupayakan dapat meningkatkan kerjasama antara jenis-jenis usaha pariwisata sebagai suatu kekuatan bersama yang bersinergi dalam membangun pariwisata sumbawa.

Ketiga, segera lakukan perekrutan tim profesional untuk menangani social media, serta counter opini di media massa dalam upaya promosi, perbaikan image dan revitalisasi produk pariwisata. Kemajuan teknologi telah membuat segala sesuatu menjadi serba mudah. Dimana-mana masyarakat menggunakan smartphone, ujung jemari masyarakat bisa menjadi alat kampanye pariwisata yang sangat efektif hanya dengan cara tinggal meng-klik.

Saya teringat pada kisah tentang Chris Hughes. Dalam usia 23 tahun, ia bertemu Barrack Obama, yang saat itu masih menjadi senator. Obama meminta Chris untuk merancang kampanye yang berbasis dunia maya. Chris menerimanya sebagai tantangan. Ia lalu membangun satu web yang diniatkan sebagai kanal informasi, lalu menyebarkannya ke mana-mana. Ia juga mengorganisir kaum muda, mengelola manajemen pencitraan di dunia maya, menyebarkan berbagai pesan baik yang dimiliki Obama. Tak disangka, kerja keras itu berbuah kesuksesan, saat Obama terpilih menjadi presiden.

Berkembang atau tidaknya suatu daerah untuk menjadi destinasi wisata, sangat bergantung pada produk pariwisata yang ditawarkan. Semakin bagus dan bersaingnya produk yang dihasilkan, maka semakin banyak pula wisatawan yang berkunjung. Produk pariwisata kita yang ada sekarang memerlukan sentuhan baru, dan dikemas lebih bervariatif agar tidak terkesan monoton dan murahan.

Apabila ingin memperoleh kunjungan wisatawan yang lebih banyak, produk yang akan dijual harus mempunyai nilai tambah dan memiliki ciri khas yang membedakan dengan daerah lain. Contoh, dulu pulau Lombok oleh wisatawan hanya dikenal dengan keindahan pantai Senggiginya, maka jelaslah wisatawan yang berkunjung kebanyakan yang menyukai wisata pantai. Pemerintah sangat jeli melihat peluang ini, sehingga di promosikanlah berbagai pariwisata baru dan memiliki chiri khas tersendiri, seperti legenda putri Nyale, perang topat, ayam taliwang, gerabah, tenunan khas daerah dan yang lainnya. Sehingga tak heran jika sekarang lombok merupakan salah satu daerah tersukses dalam menggaet wisatawan.

Keempat, menentukan target dan pasar. Pemasaran yang efektif mencakup estimasi jumlah angka kunjungan dan calon wisatawan. Strategi komunikasi pemasaran yang tepat dan handal akan membantu mempertemukan komponen penawaran pariwisata dengan komponen permintaanya, yaitu jumlah wisatawan yang berkunjung, lama tinggal, dan anggaran pengeluaran. Rencana terpadu ini juga akan memberikan sinyal dan arahan kepada segenap pelaku industri pariwisata dalam menjalankan usahanya.

Di samping itu, pemerintah juga mendorong agar produk pariwisata yang ditawarkan harus bervariatif supaya dapat memenuhi selera wisatawan. Pemasaran pariwisata yang baik dapat mendorong peningkatan lapangan kerja yang memadai, karena di dalamnya terdapat kegiatan ekonomi produktif mulai dari kerajinan, kesenian, kuliner, transportasi, travel, herbal, dan sebagainya. Pengembangan pariwisata perlu diarahkan pada terciptanya kesempatan kerja dan berusaha di daerah sekitar obyek wisata. Oleh karena itu, penataan dan pemeliharaan obyek-obyek wisata perlu ditingkatkan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Hambatan budaya yang dialami oleh masyarakat lokal dalam menangkap peluang bisnis pariwisata, maupun potensi budaya yang unggul pada kelompok masyarakat setempat perlu diidentifikasi, dipahami dan ditangani dengan segala kepekaan budaya secara tepat dan bijaksana. Dengan memahami berbagai potensi dan hambatan kultural yang ada pada masyarakat setempat, maka potensi wisata di daerah dapat dimaksimalkan.

Pengembangan pariwisata bukan hanya tugas pemerintah saja, tetapi juga pelaku bisnis pariwisata dan industri. Mereka diharapkan dapat berperan aktif dalam mengembangkan destinasi sekaligus melaksanakan strategi pemasaran yang tepat, efisien, dan efektif terutama bagi ODTW yang potensial untuk dipasarkan. Saat berbagai strategi diatas dilaksanaknan dengan jujur, maka pada titik inilah perlahan-lahan kritikan-kritikan miring menyoal pagelaran Festival Moyo akan bisa terjawab dengan kerja nyata yang ditunjukan oleh pemerintah. (***)

Komentar

comments

Shares

Related posts

Leave a Comment