Sumbawa, PSnews – Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan suatu alat konvensional atau tradisional menjadi lebih modern, sederhana, ramah lingkungan dan efektif serta efisien. Perubahan tersebut dilakukan siapa saja bila memiliki kemauan, pengetahuan dan kreatifitas.
Seperti halnya yang dilakukan Hasyim Muhammad, mahasiswa semester 8 Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Samawa ini. Terinspirasi dari alat perangkat tikus konvensional, dimana dari jaman dulu orang biasan menggunakan perangkat tikus dengan tiga macam cara, yaitu menggunakan kandang besi, lem tikus dan racun tikus. Menurut Hasyim, ketiga cara tersebut mempunyai banyak kelemahan. “Pertama, menggunakan kandang besi, meskipun tikusnya tertangkap, namun tidak mempunyai alarm di dalamnya, sehingga kita tidak dapat memprediksi kapan tikus itu telah terperangkap atau tidak. Begitu juga dengan lem tikus, kelemahannya adalah kita beli hanya untuk sekali pakai, setelah dipakai langsung dibuang. Sedangkan menggunakan racun tikus, memang efektif karena racun tersebut langsung diberikan ke makanannya, sehingga tikus mati dalam jangka waktu tertentu, namun yang menjadi kelemahannya adalah bangkainya, jika tidak segera kita temukan, maka bangkai tikus akan membusuk dan sangat bau serta terjadi polusi,” terang Hasyim pada media ini.
Karenanya Hasyim terinspirasi untuk membuat dan mengembangkan perangkap tikus eletrik dengan beberapa alat bekas yang mudah ditemukan dan ramah lingkungan serta tidak memakan banyak biaya. “Jadi yang membutuhkan biaya di sini hanya bel saja, dan bel ini nantinya akan berfungsi sebagai alarmnya. Alarm tersebut berfungsi untuk mengetahui apakah tikus sudah terperangkap atau tidak,” jelasnya.
Kemudian dari segi keamanannya, alat ini sangat aman. Pasalnya telah dibuat model rumahnya atau wadahnya dimana di dalamnya terdapat beberapa alat, seperti flat seng dan triplek, kardus bekas, lem sebagai perekat, tupperware bekas yang sudah tidak terpakai dan kabel serta stop kontaknya.
Alat ini juga hemat energi, meskipun telah dicok (dialiri listrik), aliran listriknya tidak akan mengalir begitu saja. “Bila tikus terkena perangkap, baru aliran listriknya mengalir. Arus listrik tersebut sangat efektif untuk membunuh tikus dan alarm akan berbunyi ketika tikus terperangkap,” ujarnya.
Menurut sepengetahuan Hasyim, alat seperti ini belum ada di Sumbawa. Kalau di luar Sumbawa memang sudah ada yang hampir sama dengan ini, namun sangat berbahaya, karena tidak ada rumahnya atau wadahnya. “Jadi kalau diinjak oleh manusia, maka bisa terkena sengatan listrik,” katanya.
Alat ini merupakan rakitan generasi pertama, sehingga terkesan klasik. Kedepannya ia bertekad akan mengembangkan lebih praktis lagi sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam skala rumah tangga.
Sementara itu Romi Aprianto, M.Sc selaku Kaprodi Pendidikan Fisiska UNSA menambahkan, alat sederhana ini juga bisa mendeteksi banjir atau keadaan pasang surut air. “Bahkan alat ini juga bisa digunakan untuk berbagai hal, termasuk untuk mendeteksi hama di sawah, tinggal bagaimana nanti bisa dikembangkan dan dibuat lebih sempurna,” pungkas dosen yang akan mengambil gelar doktornya di salah satu universitas di Singapura ini. (heri)