OPINI
(Kritik Terhadap Eksistensi LGBT di Indonesia)
Oleh : Ubaidullah
(Mahasiswa Pasca Sarjana UMS Jateng)
“Dan kami juga telah mengutus Lut (kepada kaumnya). Ingatlah tatkala dia berkata kaumnya: mengapa kamu mengerajakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepaada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas” (QS. Al-A’raf: 80-81)
Kita ketahui bersma bahwa Indonseia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Indonesia tentu diharapkan dan didambakan menjadi pilot project oleh negara lain dalam membentuk manusia-manusia yang mencintai pola hidup aman, nyaman, bahagia harmoni dalam cinta sesuai dengan ajaran Islam yang rahamatal lil alamin. Jelas bahwa, masyarakat indonesia pada umumnya adalah masyarakat religius yang melakukan sesuatu bersandar pada nilai-nilai fundamental agama sebagai wai of life. Lagi-lagi Islam salah satu agama yang memiliki ajaran universal dalam mengatur tata kelola kehidupan yang sempurna. Didalam islam tentunya sudah termaktub bahwa bagaiman umatnya mengelolah, mengatur dan menjalankan kehidupanya dengan baik, teratur dan belajar dari bagaimana pola hidup yang diajarakan oleh Nabi Muhammmad SAW.
Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia khusunya dan dunia pada umunya digegerkan oleh menyeruaknya manusia-manusia pelampaui batas dengan malakukan sesuatu yang diluar dari fitrah kemanusiaanya. Manusia-manusia dikenal dengan istilah Lesbian, Gay, Beseksual dan transgender (LGBT) yang tentunya ini menjadi home work atau pekerjaan rumah kita semua untuk membendung agar tidak terus merajalela menghiasi setiap sisi dan sudut kehidupan kita. Prilaku menyimpang ini tentunya tidak satupun agama yang membenarkanya. Karena prilaku ini sangat merugikan dan merusak moral, mental generasi-generasi muda kedepan. Prilaku, sikap dan mental model manusia- manusia seperti ini mengajarkan kita menjadi manusia yang berpikir mundur, tolol dan buta akan jati diri kita yang sebenarnya.
Eksistensi lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di Indonesia semakin menampakkan diri dalam sosoknya yang vulgar dan transparan mewarnai gelanggang kehidupan komunitas warga yang notabene mayoritas beridentitas muslim. Problem keummatan ini menjadi benih perusak moral genrasi muda bangsa dan pendatang bencana bagi bangsa ini. LGBT tidak hanya baru muncul ditengah-tengah kehidupan masyarakat, melainkan kaum LGBT ini sudah ada semnajak zaman nabi Lut Alasihissalam. Maka tidak heran kalau kemudian kaum ini sampai diabadikan dalam Al-Quran sebagai kaum pelampui batas. Dalam konteks historis, kaum ini sungguh aneh tapi nyata. Kenapa demikian? Karena tidak ada manusia-manusia atau kaum-kaum nabi sebelumnya yang melakukan model praktek kehidupan keji dan jiji seperti itu. Maka wajar Tuhan melaknat dan mengahanguskan eksistensi dan jati diri manusia-manusia seperti ini.
Beragam argumen atau pendapat baik dari sudut pandang agama, kesehatan, psikologi dan norma bahwa LGBT tidak dibenarkan. LGBT ini adalah salah bentuk penyakit yang mereshkan masyarakat karena dari sisi agama tentu semua ajaran agama tidak membenarkan prilaku ini, lebih islam karena jelas dalam sejarah nabi yaitu kaum sodom yang ingkar terhadap ajaran Lut sehingga diazab oleh Allah. Dari sisi kesehatan dan psikologi sebagaimana terbukti dalam penelitian mutakhir, otak manusia ubahnya plastik yang bisa adaptif dengan apa yang dimasukkan kedalamnya. Maka, otak akan berkembang degan diskusi, pemahaman, kebiasaan dan lingkungan tempat tinggal seseorang.
Sementara itu menurut kaca mata neuroscience modern yang pernah membandingkan otak LGBT dengan otak non LGBT setelah meninggal, keduanya terdapat perbedaan yang sangat mencolok, mencengangkang. Disebutkan oleh Ilham Gumilar, seorang Peneliti Psikologi Saraf dalam struktur otak LGBT bahwa volume otak penderita LGBT lebih kecil dari volume otak non-LGBT. Sebabnya penderita homoseksual telah mengidap HIV dalam waktu yang lumayan lama sebelum meninggal. Virus itu merusak sistem imunya, hingga berakibat pada mengecilnya volume otak. Virus LGBT pertama kali ditemukan pada pasangan gay. Fakta ini merupakan bantahan atas pendapat yang menyebutkan bahwa virus HIV pertama dijumpai pada orang Afrika yang melakukan hubungan seks dengan monyet.
Sebagai solusi yang tentunya harus kita lakuakan untuk menjaga diri, anak dan semua kompnen bangsa, maka ada empat jurus dari Rasulullah untuk mencegah LGBT antara lain:
- Pisahkan tempat tidur dari ” Suruhlah anak-anak kalian untuk shalat bila mereka telah berumur 7 tahun. Pukullah mereka karena tidak shalat bila berumur 10 tahun. Pisahkanlah mereka dari tempat tidur kalian. (HR. Ibnu Abi syaibah, Abu Daud, Al-hakim)
- Ajari olahraga atau mainan yang sesuai dengan gendernya. Seperti anak laki-laki ajarai berkuda, berenang dan memanah. (Riwayat sahih Bukhari/Muslim) untuk perempuan dari Aisyah R.A “Aku bermain-main dengan boneka perempuan.(Riawayat Bukharai/Muslim)
- Ajari untuk menutup Karena aurat menjadi murah ketika terus dipamerkan kepada orang lain, dan menjadi mahal dan bernilai bila dibungkus rapi.
- Berikan pemahaman bahwa laki tidak boleh menyerupai perempuan dan sebaliknnya. Dari ibnu abas ia berkata, Rasulullah SAW mleaknat laki-laki yg menyerupai wanita dan wanitabmenyerupai laki-laki”(HR.Bukhrai)
Oleh karena itu, negara tidak boleh kalah dan menutup mata dan membiarkan prilaku amoral ini berkembang biak ditengan masyarakat dengan dali HAM. Hak asasi manusia memenga jelas ada dan tidak boleh ditiadakan, tetapi hak yang tentunya memilki nilai dan berdab. Apabila para pendukung LGBT ini berteriak untuk mempertahankan eksistensinya dengan dali HAM maka, negara membiarkan para pelaku narkoba, pencuri, pemabuk untuk melaksankan haknya yang tentunya merugikan bangsa dan nilai-nilai moral yang ada. Sebaiknya negara turun tangan dengan membuat payung hukum untuk membendung dan merehabilitasi para pelaku LGBT ini. Karena jelas prilaku ini bukan bawaan dan pemberian Tuhan melainkan ini adalah penyakit yang mampu disembuhakan.