Sumbawa, Psnews – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Anis Baswedan yang hadir bersama Menteri PU PR Basuki Hadimuljono meletakkan batu pertama pembangunan pondok pesantren (Ponpes) modern Internasional Dea Malela di Pamangong Kecamatan Lenangguar, Selasa (09/02/2016).
Peletakan batu pertama tersebut dilakukan secara bergiliran, dimulai dari Anis Baswedan, diikuti Basuki Hadimuljono, kemudian para pejabat pemerintahan dan tokoh masyarakat Sumbawa.
Menurut Anis Baswedan, pondok pesantren adalah tempat pendidikan agama yang utama dilakukan. Adapun kabar-kabar yang beredar mengenai pondok pesantren sebagai tempat diajarkannya radikalisme dan ekstremisme dianggapnya terlalu berlebihan.
“Pondok pesantren merupakan tempat pendidikan yang mengajarkan Islam yang rahmatanlilalamin. Saya pun berpandangan bahwa untuk menghadapi isu ekstrimisme yang dibutuhkan adalah kemampuan berpikir kritis. Kalau kita kritis, maka ide apapun yang tidak masuk akal akan tidak diterima oleh akal kita,” Mendikbud yang berlatarbelakang akademisi ini.
Menurut Anis, hal itu penting ditumbuhkan di dunia pendidikan mana pun juga, baik di pondok-pondok pesantren maupun pendidikan sekolah-sekolah umum.
Ia mencontohkan, terhadap kemampuan berpikir kritis anak-anak yang jika diajak untuk berpikir mengikuti tawaran bisnis yang tidak masuk akal, akan terpental juga tawaran tersebut.
“Jadi benteng kita harus kuat menghadapi ekstrimisme,” terangnya.
Sementara itu inisiator pembangunan Ponpes Modern Internasional Dea Malela, Prof. Din Syamsuddin, menerangkan, pembangunan Ponpes Dea Malela merupakan sebuah mimpi besar yang berskala dunia dengan semangat ingin mempengaruhi dunia dari desa, dari Sumbawa untuk dunia.
“Ponpes ini nantinya akan menjadi sebuah lembaga pendidikan modern dan berskala dunia. Maupun di dalamnya berskala SD dan SMP, tidak hanya bersifat pesantren, tapi juga watak dan keterampilan hidup,” jelas tokoh Islam dunia asal Sumbawa ini.
Ia mengatakan, bahwa kebetulan dinisbatkan dengan tokoh ulama Sumbawa yang bernama Dea Malela dibuang oleh Belanda pada tahun 1752 ke Afrika Selatan yang berasal dari Pamangong. Pendirian Ponpes Dea Malela dikaitkan dengan jasa beliau.
Dalam perjalanannya nanti, Ponpes Dea Malela akan dispesifikasikan untuk sekolah-sekolah unggul di dunia Islam. Harapannya proses pembelajaran dapat digelar mulai tahun ini. Namun demikian, para tenaga pengajarnya sedang diseleksi. Itu pun mereka harus mumpuni sehingga output siswanya juga mumpuni.
“Nanti akan diseleksi melalui ujian masuk . Yayasan akan bekerja keras untuk mencari beasiswa bagi siswa-siswa yang tidak mampu,” tandasnya.
Penjabat Bupati, Supran, menyampaikan, Pemda Sumbawa memberikan apresiasi yang tinggi terhadap yayasan yang mempunyai inovasi terutama dalam hal menyelenggarakan pendidikan yang bertaraf internasional.
“Pemda bersama Pemerintah Propinsi NTB berkomitmen untuk kelanjutan pembangunannya. Tentu harapannya kontribusi pusat akan lebih besar dibanding daerah,” harap Supran. (PSb)