Sumbawa Barat, PSnews – Kebiasan mengkonsumsi telur penyu oleh masyarakat Sumbawa dan Sumbawa Barat khususnya di sekitar lokasi penambangan PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT), sudah terjadi secara turun temurun.

Kebiasaan tersebut secara bertahap mulai berubah seiring dengan adanya program konservasi anakan penyu atau tukik oleh PTNNT bersama masyarakat sekitar.
Seperti yang sudah dilakuan sejak tahun 2001 di Pantai Maluk, Kecamatan Maluk, PTNNT yang menggandeng masyarakat menempatkan tukik di sebuah wadah kolam berpetak 4 sesuai usia dan jenis penyu. Tukik-tukik tersebut akan dilepas jika sudah memasuki usia 3 sampai 4 bulan. Selama di penampungan tersebut, PTNNT menanggung sepenuhnya biaya pakan dan perawatan tukik.
Pada Kamis (03/09/2015) lalu, bersama pengawas pantai Maluk, Alan Ramlan, yang juga pengelola konsevasi tukik, sebanyak 20 ekor tukik dirilis ke laut sebagai habitat alaminya. Pelepasan tukik-tukik tersebut menarik minat anak-anak untuk ikut serta mengambil bagian dalam upaya penyelamatan salah satu hewan yang dilindungi undang-undang tersebut.
“Sekarang 20 ekor usia 4 bulan dilepas. Kalau semakin banyak penetasan maka akan semakin sering diepas,” kata Alan.
Menurutnya, sampai tahun ini tercatat 4000 ekor lebih tukik yang sudah dilepas. Telur-telur tukik tersebut diambil dari para pencari di Talonang, SP 2 dan SP 3 Kecamatan Sekongkang. Caranya, warga mengetaskan telur tukiknya di lokasi setempat. Begitu menetas, akan dibawa ke pusat konservasi di Pantai Maluk.
Alan menambahkan, tukik-tukik yang ditangkar terdiri dari jenis penyu sisik, penyu hijau dan penyu hitam. “Mengenai daya tahan di laut lepas, tergantung cuaca dan predator. Tapi Insya Allah pasti ada yang hidup,” ujarnya.
Media Relation PTNNT, Ari Burhanuddin, mengatakan, pada tahun 2001 pihaknya mencoba konservasi dengan masyarakat karena biasanya masyarakat Sumbawa secara umum mengkonsumsi telur penyu untuk dimakan. Kemudian PTNNT mencoba agar masyarakat ada bagian yang dietaskan bukan untuk dimakan semuanya.

Seiring perjalanan waktu imbuh Ari, masyarakat mau dan sadar menyelamatkan penyu. Akhirnya sebagian untuk dimakan dan sebagian untuk ditetaskan. Sampai saat ini tukik yang terlepas sekitar 48.000 ekor. Namun dari 1000 ekor yang dilepas kemungkinan hidup 1000:1 ekor. “Ini program CSR untuk masyarakat, kita peduli dan masyarakat peduli. Setelah kita bicara bahwa telur ini perlu diselamatkan. Ada juga di Talonang mengetaskan tukik di sana, dibawa ke sini untuk diberikan makanan dan dilepas,” ujarnya.
Ternyata ari mengaku bahwa dulunya ia juga termasuk suka mengkonsumsi telur penyu tapi tidak pernah melihat penyu. “Sekarang sudah tahu, tidak lagi mau mengkonsumsi telur penyu dan sadar bahwa penyu ini perlu diselamatkan.” pungkasnya. (PSb)