Satpol PP dan Pendemo Marente Nyaris Bentrok

Sumbawa, PSnews – Aparat Satpol PP Kabupaten Sumbawa terlibat aksi dorong mendorong dengan massa pendemo dari Desa Marente Kecamatan Alas. Kejadian yang berlangsung didepan kantor Bupati Sumbawa Senin (16/10/2017), dipicu massa yang memaksa masuk ke dalam kantor Bupati dan juga karena massa melemparkan tomat ke arah pintu kantor.

Dalam aksinya, massa mempersoalkan keberadaan PDAM di wilayah setempat. Yang dianggap tidak menguntungkan masyarakat. Selain itu, massa juga menuntut pemulangan dua jenazah warga setempat yang tewas di Malaysia.

Menurut salah seorang massa – Iying Gunawan, PDAM telah menyengsarakan masyarakat. Keberadaannya tidak dapat dirasakan manfaatnya. Padahal, Marente adalah wilayah hulu sungai. Selain itu, tarif PDAM danggap sangat mencekik masyarakat. Dimana iuran perbulannya ada yang sampai Rp 250 ribu. Biaya pemasangan juga dinilai terlalu besar, hingga mencapai Rp 4 juta. Dengan keberadaan PDAM juga diduga membuat mata air yang ada di wilayah Marente menjadi kering.‘’Apakah pantas masyarakat miskin untuk membayar tagihan PDAM sebesar itu,’’ ujarnya.

Selain persoalan PDAM, massa juga meminta pemulangan jenazah dua warga Marente yang tewas ditembak di Malaysia. Jenazah tersebut sudah berada selama empat bulan di Malaysia. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk memperjuangkan pemulangan jenazah warganya di Malaysia. Menurut kepala dinas bahwa jenazahnya sudah di Jakarta. Namun setelah ditelusuri, ternyata tidak ada. ‘’Sudah puluhan kali kami bolak-balik untuk mempertanyakan kepulangan warga kami. Tapi tidak pernah ada kejelasan,’’ terangnya.

Kemudian warga meminta bertemu dengan Bupati atau Wakil Bupati untuk menyampaikan aspirasinya. Massa memberikan waktu selama lima menit kepada Kepala Daerah untuk keluar menemui mereka. Namun baik Bupati ataupun Wabup tidak ada yang mendatangi massa. Sehingga mereka memutuskan untuk merangsek masuk. Langsung saja aksi saling dorong terjadi antara massa dan anggota Satpol PP yang melakukan pengamanan. Tidak lama, massa bisa ditenangkan dan aksi saling dorongpun terhenti.

Tidak lama, Kepala Disnakertrans Sumbawa – Syafruddin Nur keluar dan menemui massa. Massapun kembali menyampaikan tuntutannya. Terkait hal itu, Syafruddin mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi. Dan tetap berupaya memulangkan tenaga kerja baik yang prosedural ataupun nonprosedural. ‘’Kami sudah menghubungi BP2TKI, BNP3TKI, Kemenlu dan KBRI. Tunggu hasilnya bapak dan ibu sekalian. Mohon bersabar, kami sudah usahakan itu semua,’’ tuturnya.

Massa yang mendengar pernyataan tersebut masih tidak terima. Emosi masyarakat semakin memuncak. Bahkan salah seorang massa melempar tomat dan mengenai pintu kantor Bupati. Hal ini tentu memicu reaksi dari anggota Satpol PP. Satpol PP mencoba untuk mencari pelaku pelemparan di kerumunan massa. Hal ini menyebabkan kedua belah pihak kembali saling dorong. Bahkan kali ini kedua belah pihak nyaris bentrok. Beruntung, kedua belah pihak berhasil ditenangkan. Situasi pun kembali mereda.

Setelah itu, perwakilan PDAM Sumbawa, keluar menemui massa. Dijelaskan bahwa harga pokok produksi airnya adalah Rp 2.677. Sementara tarifnya sesuai peraturan Permendagri sebesar Rp 1.860. Artinya, penjualan air jauh di bawah produksi dan harganya sangat murah. ‘’Penjualan air sudah sesuai mekanisme,’’ terangnya.

Dia juga heran, kenapa tarif airnya baru kali ini dipersoalkan. Padahal sudah ditetapkan  sejak empat tahun yang lalu oleh bupati sebelumnya. Sementara tarif pemasangan standarnya yakni Rp 1,6 juta. Yakni dengan panjang pipa empat meter dari pipa induk. Apabila jarak rumah lokasi pemasangannya lebih dari empat meter, maka dikenakan biaya tambahan. Tentunya sesuai dengan RAB bahan kebutuhan yang dipakai. Tidak lama kemudian massa melanjutkan aksinya ke DPRD Sumbawa, untuk menyuarakan hal yang sama. (PSg)

Komentar

comments

Shares

Related posts

Leave a Comment