Oleh : Gladeva Yugi Antari & Luh Putu Sri Yuliastuti ( Dosen kebidanan STIKES Griya Husada sumbawa )
Kanker payudara sering muncul tidak disadari oleh wanita. Kejadian kanker payudara diperkirakan dialami oleh lebih dari 1 dari 10 wanita. Kanker payudara akan meningkat seiring bertambahnya usia. Puncak usia kanker payudara terjadi pada usia 75 sampai 79 tahun dimana terdapat 421,3 kasus per 100.000 wanita.(Macdonald et al., 2016).
Penelitian kanker payudara yang dilakukan di ASIA menggunakan metode literature review menunjukkan bahwa terdapat banyak factor yang menyebabkan meningkatnya resiko kanker payudara salah satunya adalah usia lebih dari 40 tahun. Ditemukan pada beberapa Negara di ASIA kecenderungan kanker payudara terjadi pada wanita usia diatas 40 tahun. Pencetus kanker payudara tentunya tidak hanya satu, namun memiliki factor yang saling keterkaitan dan menjadi pencetus kanker payudara (Youn & Han, 2020). Secara spesifik factor penyebab kanker payudara tidak diketahui secara pasti, namun factor resiko pencetus telah diidentifikasi adalah diet, merokok, mengkonsumsi alcohol, pola makan, usia, ras, jenis kelamin, dan riwayat kesehatan keluarga (Mr et al., 2015). Faktor resiko kanker payudara lain adalah usia, riwayat keluarga, factor reproduksi, estrogen dan gaya hidup (Sun et al., 2017).
Data WHO menyebutkan terdapat 7,8 juta wanita didiagnosa menderita kanker payudara pada akhir tahun 2020, dimana angka ini mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Pencegahan kanker payudara melalui penguatan system kesehatan dasar dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian (WHO, 2022). Di Indonesia angka kejadian kanker payudara adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal (Panigroro et al., 2019)
Pencegahan kanker payudara dapat dilakukan secara primer dan sekunder. Pencegahan primer adalah dengan menghindari factor resiko seperti bergaya hidup sehat dengan tidak melakukan diet tinggi lemak, tidak konsumsi alcohol dan kurang melakukan aktifitas fisik. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan melakukan tes diagnostic seperti pemeriksaan mamografi, ultrasonografi, pemeriksaan payudara sendiri. Pemeriksaan sekunder bertujuan untuk membantu deteksi dini adanya tumor (Kolak et al., 2017)
Pemeriksaan payudara sendiri merupakan skrining yang bertujuan untuk mengidentifikasi adanya neoplasma pada payudara pada stadium awal. Pemeriksaan payudara secaraa rutin sangat dianjurkan sebagai salah satu cara pencegahan yang murah, mudah, non invasive dan dapat dilakukan dimana saja. Pemeriksaan payudara sendiri merupakan langkah awal yang dapat dilakukan wanita untuk pemeriksaan sekunder pendukung lanjut.
Kanker payudara bila tidak segera ditangani maka akan menyebabkan penurunan kualitas hidup penderita. Hal yang dapat dialami oleh penderita adalah Kesehatan fisik penderita kanker payudara menurun, Beban psikologis dirasakan semakin berat oleh penderita kanker payudara, hilang rasa percaya diri, dan meningkatkan stres penderita. (Sinuraya, 2017). Mengingat akan banyaknya dampak negative yang ditimbulkan dan berdasarkan hasil-hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penyuluhan yang dilakukan mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan sikap masyarakat mengenai kanker payudara. Hal ini juga menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam bergaya hidup sehat. tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran wanita usia subur tentang kanker payudara dan meningkatkan kemampuan untuk deteksi kanker di Kelurahan Samapuin
Tim pelaksana pengabdian masyarakat tentang penyuluhan di Samapuin, terdiri dari 2 dosen STIKes Griya Husada Sumbawa dan 1 mahasiswa D3 kebidanan. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh tim pelaksana ini relevan dalam pelaksanaan program penyuluhan yang dilakukan.Pelaksanaan pengabdian ini mendapat antusias yang baik dari masyarakat. (***)