Sumbawa, PSnews – Kegiatan budidaya lobster terbilang baru bagi pelaku budidaya ikan di Kabupaten Sumbawa. Selama ini, pembudidaya hanya terbiasa melakukan budidaya ikan kerapu, kakap putih, bawal bintang, dan spat mutiara dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA).
Hal inilah yang mendorong Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sumbawa fokus melakukan pendampingan terhadap puluhan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) yang menjadi sasaran program percontohan budidaya lobster dari Kementerian Kelauatan dan Perikanan (KKP).
Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sumbawa – Rahmat Hidayat mengatakan, total Pokdakan Pembudidaya Lobster saat ini sebanyak 24 ditambah 1 koperasi yang berada di tiga lokasi, yakni di Pulau Bungin, Pulau Kaung dan Labuhan Burung.
Menurut Dayat, kegiatan ini merupakan program percontohan budidaya lobster dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Di mana, untuk tahun pertama fokus di dua kabupaten yakni Kabupaten Lombok Timur dan Sumbawa. Masing-masing kelompok menerima sarana budidaya berupa KJA HDPE sebanyak tiga unit dan benih lobster jenis pasir sebanyak kurang lebih 7.680 ekor per kelompok. ‘’Dari hasil monitoring kami, semua kelompok cukup antusias melakukan usaha budidaya bahkan ada yang membeli secara swadaya jenis lobster mutiara dengan pertimbangan harga jual yang lebih tinggi dibanding jenis pasir, walaupun harga benihnya juga lebih mahal,’’ ungkapnya.
Selaku pembina Pokdakan budidaya lobster, Dayat berharap kelompok benar-benar serius melakukan budidaya karena merupakan pilot project. Karena, apabila ini berhasil, maka peluang keberlanjutan program lebih teterbuka. Sehingga, kelompok-kelompok lain yang belum menerima program tahun 2020 diharapkan dapat menerima di tahun 2021. ‘’Kami sendiri menyadari ini merupakan hal yang baru bagi kelompok pembudidaya namun kalau dilakukan dengan ketekunan tentu peluang kesuksesan bisa kita raih,’’ ujarnya.
Karena bila dilihat dari daya dukung lingkungan perairan laut Sumbawa, cukup menjanjikan karena pakan berupa ikan rucah dan kerang-kerangan tersedia di sekitar lokasi budidaya, hanya butuh sedikit usaha saja untuk mencari pakan.
Lebih lanjut salah seorang pembudidaya sekaligus koordinator lapangan di Pulau Kaung, Syamsul Bahri menyampaikan bahwa beberapa hal yang menjadi kendala saat ini adalah tingginya intensitas curah hujan menyebabkan salinitas air laut menjadi rendah. Sementara salinitas yang optimal untuk budidaya lobster berkisar antara 32 – 36 ppt. Hal lain adalah tinggi gelombang laut akibat cuaca saat ini menyebabkan pembudidaya sedikit ekstra hati-hati menjaga KJA nya dari hempasan gelombang. ‘’Semoga segala upaya yang telah dilakukan bisa membawa manfaat terutama untuk peningkatan ekonomi keluarga Pokdakan sehingga upaya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari pemerintah pusat benar-benar bisa dirasakan oleh masyarakat pesisir,’’ demikian Dayat. (PSg)