Oleh : Heri Kurniawansyah HS
(FISIP UNSA & Peraih Beasiswa LPDP Program Magister of Public Policy)
Perjuangan Akademik Menuju Tahun ke 18
Sekitar tahun 1970-an, Kabupaten Sumbawa yang begitu luas (hampir dua kali luas Pulau Bali) dengan keanekaragaman budaya ini belum ada satupun lembaga pendidikan tinggi sebagai wadah anak daerah dalam rangka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pulau Jawa tetap menjadi muara berlabuhnya para calon mahasiswa sebab Pulau Jawa adalah primadona bagi setiap generasi dalam melanjutkan pemdidikan tingginya, serta tidak ada pilihan lain selain di Pulau Jawa. Di penghujung tahun 1976 baru berdiri Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan (STIP) program sarjana muda yang bernaung dibawah Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Samawa sebagai satu-satunya sekolah tinggi yang ada di Kabupaten Sumbawa. Seiring dengan dinamika dunia akademik, akhirnya dengan segenap usaha yang dilakukan para pemikir pendidikan tanah Samawa, keluarlah Surat Keputusan (SK) penyesuaian institusi dari STIP menjadi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) pada akhir tahun 1986. Dengan progressnya pada masa itu, aspirasi untuk mendirikan sebuah Universitas begitu mengemuka. “Mereka” para pendekar pendidikan menangkap aspirasi tersebut. Dalam perjalanannya begitu banyak rasa pesimis dan rintangan yang dialami oleh UNSA terlebih karakter masyarakat yang masih cendrung bangga dengan pendidikan daerah lain, namun dengan segenap usaha “mereka” akhirnya keluarlah SK. Mendikbud. nomor: 176/D/O/1998 tertanggal 29 Desember 1998 dan sekaligus dipatenkan menjadi hari lahirnya UNSA serta pada saat hari jadi itulah UNSA selalu mewisuda mahasiswa/i setiap tahunnya.
Ditengah kondisi pusaran politik, ekonomi, masyarakat dan daerah yang sangat tertinggal di kawasan Indonesia Timur serta sangat kurangnya instrumen dan sumber daya, namun sebuah Universitas atau lembaga perguruan tinggi berhasil didirikan adalah sebuah kebanggaan dan prestasi yang sangat luar biasa yang patut diapresiasikan. Manfaatnya sangat dirasakan oleh semua pihak baik secara ekonomi, politik, sosial budaya secara personal maupun secara organisatoris. Itulah essensi pejuangan yang harus diilhami oleh para generasi.
Saat ini UNSA sudah memasuki usianya yang ke 18. Tahun demi tahun berlalu Unsa menapaki dirinya sebagai sebuah lembaga pendidikan yang dapat dipehitungkan dan menjadi rumah pendidikan bagi para generasi. Jika Unsa adalah sebuah manusia, maka usia tersebut adalah usia yang sangat produktif dan usia yang sudah cukup dewasa mengerti akan sebuah perjalanan hidup. Sejak lahir sampai saat ini sudah melewati asam garamnya dunia pendidikan maupun dunia politik, berbekal pengalaman dan perjuangan sehingga UNSA tetap kokoh sebagai salah satu Perguruan Tinggi di negeri ini.
Pengabdian Otentik
Dari tahun ke tahun pembenahan dan pengevaluasian diri terus dilakukan. Sebagai sebuah Universitas yang menjunjung tinggi essensi pendidikan, saat ini UNSA masuk sebagai peringkat dua regional setelah Universitas tertua dan Universitas negeri di Provinsi ini (UNRAM) dan 137 secara nasional dari ribuan kampus di Nusantara ini sebagai kampus riset. UNSA juga Termasuk juga 138 perguruan tinggi yang sudah Akreditasi Institusi BAN PT dari 5000 lebih PT yang belum AIPT. Peringkat yang terus menanjak adalah didasarkan pada beberapa faktor terutama pengabdian kepada masyarakat melaui riset (penelitian) baik oleh mahasiswa, para dosen, lembaga serta kepemimpinan yang solid. Para dosen yang sudah banyak yang mendapatkan atau lulus sertifikasi dosen oleh DIKTI adalah indikator konkrit kemajuan UNSA secara kelembagaan. Para dosen yang tergabung dalam grup peneliti atau lembaga riset seperti Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNSA (LPPM UNSA), Pusat Studi Hukum dan Ham UNSA (PUSHAM), UNSA Progress, Pusjastra atau lembaga-lembaga eksternal para dosen seperti Samawa Center, Puskap, Lanskap, Samawa Cerdas, Fokus, dan yang lainnya yang selalu menjadi bagian atau partner dari Pemerintah Daerah dalam perumusan kebijakan publik. Disisi lain sudah banyak prodi-prodi yang ada di UNSA yang telah mendapatkan akrediasi B, sebab masih banyak universitas-universitas besar yang justru belum mampu mendapatkan akreditasi tersebut. Alumni-alumni yang sudah berpretasi di bidangnya masing-masing, sebut saja sebagai politisi, birokrat, penyelenggara pilkada, BUMN, entrepreneur, pimpinan organisasi-organisasi non pemerintah, dan lain-lain.
Berbagai perspektif dalam dinamika pengabdian yang dilakukan oleh institusi pendidikan tinggi tertua di Pulau Sumbawa ini yang berbasis pada Tri Darma Perguruan Tinggi, baik secara kelembagaan oleh UNSA itu sendiri, para dosen, mahasiswa, maupun para alumni. Para dosen berkewajiban melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui berbagai riset atau penelitian, seperti program iptek bagi masyarakat (IBM), program iptek bagi kewirausahaan (IBK), program iptek bagi wilayah (IBW), program iptek bagi wilayah-corporate social responsibility (IBW-CSR), iptek bagi kreatifitas dan inovasi kampus (IBKIK), iptek bagi produk ekspor (IBPE), program kerjasama antar perguruan tinggi (HI-LINK), program KKN Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM), program iptek bagi produk unggulan daerah (IBPUD), program iptek bagi desa mitra (IBDM), dan lain-lain. Mereka menuangkan ide briliannya melalui proposal kepada Kemenristekdikti.
Sementara yang dilakukan oleh para mahasiswa itu sendiri terdiri dari berbagai bentuk pengabdian atau kontriibusi, misalnya melalui KKL, para mahasiswa melakukan berbagai program pemberdayaan masyarakat, pendampingan masyarakat, dan lain lain. Selain itu berbagai kegiatan sosial dan pengabdian masyarakat melalui organisasi-organisasi internal kampus atau UKM sesuai dengan frame UKM masing-masing, misalnya UKM KSR melaksanakan berbagai kegiatan kemanusiaan dan sosial ditengah-tengah masyarakat, UKM LDM focus dengan kegiatan dakwah mahasiswa yang juga langsung terjun ditengah-tengah masyarakat, dan UKM-UKM lainnya. Melalui kegiatan organisasi eksternalnya pun demikian, sudah cukup banyak masyarakat yang terbantukan oleh berbagai pendampingan mahasiswa-mahasiswa melalui organisasi eksternalnya, sebagai contoh, masyarakat Sampe kecamatan Rhee yang ingin menyampaikan keluhannya kepada pemerintah atas dasar kondisi kampungnya yang sangat rawan bencana, dengan sigap para mahasiswa memfasilitasi aspirasinya yang kemudian dilaksanakan oleh pemerintah, hal tersebut merupakan salah satu contoh kecil dari contoh-contoh lainnya, pengabdian tersebut jauh lebih otentik daripada retorika-retorika di berbagai media. Para alumni yang sudah tersebar di berbagai dunia kerja, utamanya di birokrasi adalah hal yang tidak bisa dinafikkan bahwa alumni UNSA secara dominan mengisi post-post dalam birokrasi di daerah ini. mereka para alumni menjadi setara dengan para sarjana dari universtas-universitas besar. Terlebih dengan isu di tubuh ASN bahwa tahun 2017 pemerintah akan memberlakukan bahwa PNS harus minimal bergelar S1, maka eksistensi UNSA adalah soulusi dari masalah tersebut. Selain dalam dunia birokrasi, para alumni juga tersebar menjadi pemimpin dalam berbagai organisasi kepemudan yang secara otomatis memberikan kontribusinya bagi daerah melalui berbagai program organisasi yang dipimpinnya. Bentuk-bentuk pengabdian tersebut adalah yang memang secara organisatoris telah menjadi kewajiban atau telah terprogram dalam essensi eksistensi UNSA itu sendiri, pengabdian tersebut belum termasuk pengabdian yang bersifat non sistemik, misalnya ada beberapa mahasiswa atau alumni UNSA yang membawa nama daerah atau provinsi di ajang olahraga nasional, penelitian internasional yang walaupun tidak membawa nama Universitas, namun mereka adalah mahasiswa UNSA. Ragam bentuk pengabdian tersebut adalah kontribusi nyata UNSA kepada daerah ini.
Seiring dengan Dies Natalisnya, UNSA juga melaksanakan agenda substantif dari serangkaian kegiatan tersebut yaitu ageda wisuda berjumlah 636 mahasiswa dari seluruh fakultas yang ada, sehingga total alumni termasuk dengan yang diwisuda saat ini adalah 6048 orang. Jumlah yang cukup fantastis bagi sebuah Universitas yang ada di daerah. Mereka telah tersebar di berbagai dunia kerja dan telah mengabdi sesuai dengan bidang, ruang dan tempat masing-masing. Dengan moment Dies Natalies tersebut tentu menjadi bagian sejarah perjalanan UNSA untuk tetap berbenah menjadi panutan dunia pendidikan serta menjadi ikon perubahan pembangunan Sumbawa secara khusus Semoga dengan semakin bertambah usianya, UNSA semakin menampilkan progress untuk tahun-tahun berikutnya. Jayalah UNSA. (***)