Sumbawa, pulausumbawanews.net – Ancaman kekeringan sebagai imbas dari fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif seperti yang diprakirakan oleh BMKG, tampaknya mulai dirasakan di wilayah Kabupaten Sumbawa. Sedikitnya 7 (tujuh) dari 24 kecamatan di wilayah setempat telah mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.
Informasi tersebut terungkap melalui pantauan lapangan Tim BPBD Kabupaten Sumbawa dalam beberapa hari terakhir. “Setidaknua ada tujuh kecamatan yang sudah terdampak kekeringan, bahkan air sumur warga sudah tidak ada lagi,” ungkap Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Sumbawa Muhammad Nurhidayat, ST Melalui Kabid Perlengkapan DR. Rusdianto AR.
Adapun tujuh kecamatan yang mengalami kekeringan meliputi, Kecamatan Moyo Utara, Moyo Hilir, Moyo Hulu, Lape, Plampang, Empang dan Tarano. “Dampak musim kemarau tahun ini mengakibatkan krisis air bersih terutama untuk kebutuhan memasak sehari hari bagi masyarakat,” paparnya.
Pada periode puncak musim kemarau tahun ini, lanjut DR Rusdianto, masyarakat dihimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien. Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau.
Ia menyarankan agar masyarakat dapat memanfaatkan penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya guna mengantisipasi musim kemarau yang mulai memasuki wilayah NTB khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi kekeringan.
Salah seorang warga Dusun Labu Ujung Tarano kepada media ini mengaku, membeli air bersih satu jerigen dengan harga Rp 5 ribu hingga Rp 7 ribu. Sementara kebutuhan air bersih sekedar untuk memasak dan minum, dia dan keluarganya butuh hingga 5 jerigen tiap hari. “Kami mohon kepada Pemerintah supaya fenomena yang kami alami ini ada solusinya. Tiap tahun kami beli air, kami butuh air, kami butuh diperhatikan. Karena ini berulang ulang, setiap tahun ini saja kendala kami masyarakat,” ujarnya. (PSjek)