Oleh : Iying Gunawan, S.E (Aktivis Sosial)
Perhelatan gelaran MXGP di depan mata. Tak lama lagi media mainstream dan rider hebat dunia akan tarung ke sini. Event motorcross paling bergengsi akan menggelegarkan Samota, Indonesia. Pertanyaannya, apakah Sumbawa sudah siap?
Tak perlu jauh untuk belajar dari pengalaman, Sirkuit Mandalika yang notabene-nya dipersiapkan khusus jauh-jauh hari dengan matang masih terdapat banyak sandungan. Kritikan datang dari dalam dan luar negeri. Perlu disayangkan. Tapi sangat mustahil menyentuh kesempurnaan. Tidak ada kata terlambat untuk segera berbenah diri.
Bak ketiban durian runtuh, Sumbawa mendapat jatah sebagai tuan rumah perhelatan MXGP pada 26 Juni di kawasan Samota. Pasalnya ini rebutan semua wilayah seantero Indonesia. Sebelumnya Semarang ngotot, karena otoritas resmi motocross, FIM (Federation International Motocross) sudah mencatut nama Semarang pada jadwal MXGP 2022. Lalu diganti dengan Samota. Kita perlu bergembira. Ini tidak lepas dari campur tangan dan negosiasi Gubernur NTB dengan Pusat dan elit FIM.
Tapi sebagai tuan rumah, Sumbawa jangan terlalu Jumawa dan berpuas diri, ada beban moril luar biasa yang dipikul. Mempertaruhkan wajah Indonesia di mata dunia. Sedangkan waktu yang diberikan sangat terbatas. Pengalaman belum ada. Segala hal di luar prediksi dan nalar bisa saja terjadi. Sehingga semuanya perlu dicermati dan dikebut. Meminimalisir segala kemungkinan terburuk terjadi perlu jadi atensi semua pihak.
Dari sisi sosial budaya, sepertinya Sumbawa nyaris tidak bermasalah. Masyarakatnya wellcome and ramah. Terbiasa hidup majemuk, dengan berbagai suku, ras, budaya dan agama.
Namun langkah persuasif dan edukatif yang dilakukan oleh Pemda kepada seluruh masyarakatnya agar event ini disambut dengan antusias, menjadi tanggung jawab bersama, itu perlu. Menunjukkan kepada dunia luar bahwa kita ada untuk setiap mereka yang datang ke sini. Kita perlu ‘bersorak’ untuk para pembalap itu, memberikan spirit agar SAMAWA berkesan.
Untuk fasilitas pendukung, bagaimana dengan akomodasi dan listrik? Terdengar sepele, namun betapa sulitnya memberikan opsi jika jauh-jauh hari tidak dipersiapkan. Kisaran pengunjung ke Sumbawa saat MXGP ditaksir 30-60 ribu orang. Sementara kamar tersedia di Sumbawa dengan semua jenis penginapan sekitar 2.000. Nampak jomplang. Tapi solusi selalu ada.
Event MXGP di Samota tidak bisa dipungkiri memberikan efek dalam menarik anggaran pusat untuk beberapa fasilitas publik, seperti bandara dan pelabuhan di Sumbawa. Bandara Sultan Kaharuddin III mendapat suntikkan dana 10-50 M untuk mempertebal landasan pacu setinggi 7 cm. Mengingat pesawat logistik MXGP membawa barang dengan beban besar. Tentunya ini surplus tersendiri bagi Sumbawa. Pelabuhan Badas juga akan gotong royong dipermak oleh provinsi dan pusat.
Hal-hal lainnya yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh Pemda adalah soal keamanan, kesehatan dan kebersihan. RSUD Sumbawa lewat direkturnya, dr. Dede Hasan Basri telah menyatakan kesiapan servise kesehatan terbaiknya. Belum lagi soal Covid-19 dengan varian delta dan omicronnya dapat mengancam begitu cepat. Mandalika dikritik habis-habisan hanya karena sedikit debu. Masuk media mainstream. Gaung cantiknya seolah hambar.
Soal keamanan, pada hakikatnya kita mengharapkan investasi lewat event ini, tapi kalau tidak aman dan nyaman itu hanya akan jadi fiksi.
Bagaimana dengan sistem telekomunikasi atau jaringan internet di sana? Informasi masih sangat minim didapat. Selayaknya Pemda selalu update perkembangan terakhir. Biar publik dapat informasi. Jangan pernah alergi kritik.
Sebagai warga Sumbawa, perlu sekali kita memberikan kesan pertama menakjubkan. Agar Sumbawa menjadi daerah primadona. Peluang seperti ini belum tentu bisa datang dua kali. Kalau kita bertindak terlalu sederhana, nama kita tidak akan ditorehkan tinta sejarah.
Manfaatkan juga peluang di depan mata. Sekali berdayung 2 3 pulau terlampaui. Karena MXGP menjadi magnet jumbo bagi pelancong, tidak juga tertinggal siaran televisi/media arus utama lokal, domestik maupun mancanegara dengan ratusan mata melihat di penjuru dunia. Baik yang langsung/live, yang resmi atau personal, maupun siaran ulang. Maka objek pariwisata andalan Sumbawa perlu dipajang di sini. Sebut saja Pulau Moyo, keunikan ombak Seli Maci dan Air Terjun Agal di Marente, dan tentunya juga aquarium dunia, Teluk Saleh, yang melekat geofark nasional dan biosfer dunia.
Tarian daerah dari penari terbaik perlu dipertimbangkan aksinya. Dalam Loka, kebersihan dan jam operasional mungkin perlu ditambah. Masih banyak objek wisata lainnya yang tidak kalah beken.
Mustahil memang menjadikannya sempurna dari semua sisi, tetapi langkah preventif paling ideal sebelumnya telah dilakukan maksimal. (***)