Sumbawa, PSnews – Pernyataan keras Ketua DPD PAN Kabupaten Sumbawa, Achmad Fachry di sejumlah media massa belum lama ini, telah mengundang reaksi Muhammad Jabir, mantan Ketua DPD PAN Sumbawa. Polemik di tubuh DPD PAN Sumbawa ini merupakan rentetan dari sikap saling klaim kepemilikan Sekretariat DPD PAN Sumbawa yang berlokasi di Perumahan Panto Daeng Sumbawa Besar. “Kalau saya selalu menghindari masalah internal dieskpose ke publik. Karena mengelola partai politik itu menyangkut trust atau kepercayaan publik. Kalau perselisihan partai diekspose keluar, itu akan berpengaruh pada tergerusnya kepercayaan rakyat,” terang Jabir yang dikonfirmasi melalui seluler, Sabtu (21/5/2021).
Jabir menegaskan, bahwa dirinya sengaja melaporkan masalah ini ke Polres Sumbawa lantaran tidak ingin masalah internal menjadi konsumsi publik. Pasalnya, kata dia, yang rugi adalah PAN sendiri. “Pemilik kebun diperkara oleh penggarap yang baru datang. Mestinya sebagai pimpinan partai harus lebih cermat dan hati – hati berkomentar di ranah publik. Karena kita sebagai etalase partai di publik, setiap ucapan dan bahasa tubuhpun diperhatikan orang,” ujarnya
Ia menegaskan, bahwa tanah dan bangunan yang digunakan sebagai Sekretariat DPD PAN Sumbawa itu adalah miliknya. “Saya sendiri sebagai pemilik dan tertera jelas nama saya di sertifikatnya. Kwintansi jual beli tanah itu yang ditanda-tangani Daeng Indo masih ada, karena dulu saya beli ke beliau. Buktinya ada semua. Namun saya serahkan ke proses hukum untuk membuktikan kebenarannya,” tandasnya.
Sebagai senior yang sudah lama di PAN, ia mengaku dapat memaklumi kalau yuniornya baru belajar berkomentar di media massa untuk menunjukkan eksistensi jati diri. Namun sebaliknya kalau salah statemen, justru berdampak buruk pada nama baik partai yang dipimpin.
Jabir menerangkan, sebagai penasehat partai dirinya mencoba membimbing dan memberi nasehat supaya lebih cermat dalam berkomentar di media massa jika membawa nama partai. “Sebagai penasehat partai di DPW PAN dan juga sebagai Ketua Pelaksana Harian DPD PAN Sumbawa, saya mengingatkan, di tengah masyarakat saat ini sedang skeptis dan buruknya trust publik kepada partai dan anggota dewan, harusnya pimpinan partai menghindari manajemen berpikir sungsang dengan mengeluarkan narasi pecat memecat di media. Partai saat ini justru harus kerja keras merangkul semua pihak untuk tujuan membesarkan partai,” tegas Jabir.
Ia menegaskan, bahwa meski jabatan Ketua DPD PAN Sumbawa disandang oleh Achmad Fachry, tapi dirinya juga diberi kepercayaan oleh DPP untuk menjadi Ketua Pelaksanaan Harian DPD PAN Sumbawa. “Pemberian jabatan Ketua Pelaksana Harian tersebut tidak ada di daerah lain seluruh Indonesia, kecuali di Sumbawa dan Jawa Timur saja. Itu dilakukan sebagai ungkapan rasa hormat Ketua Umum kepada saya yang dianggap sudah berjuang untuk membesarkan partai dari awal berdiri, sekaligus untuk membimbing Fachry sebagai kader baru di PAN,” ungkap politisi PAN yang pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Sumbawa periode 2005-2010 tersebut.
Bahkan, lanjut Jabir, hingga kini dirinya terus menjalin komunikasi via seluler dengan ketua umum DPP. “Saya sudah katakan ke ketua Umum. Maksud saya biar tetap posisi terdahulu saya sebagai ketua DPD dan Fachry sebagai sekretarisnya. Untuk selanjutnya dia menggantikan saya jadi ketua. Saya ngotot minta posisi ketua itu karena ingin menetap dan menjalani tugas-tugas sosial di Sumbawa. Saya sudah katakan ke Ketua Umum, bila saya yang menjadi ketua DPD, maka sekretariat itu akan saya serahkan ke partai karena saya yang punya. Tapi bila Fachry yang ditunjuk jadi ketua, ya silahkan dia bikin sekretariat yang baru di tempat lain, karena tempat itu milik saya,” tandasnya.
Baca juga : Sengketa Sekretariat DPD PAN Sumbawa, Fachry Angkat Bicara
Terkait laporan ke polisi, menurut Jabir hal itu dilakukan lantaran pintu kantor PAN telah dirusak atau dibongkar paksa. Dalam hal ini Ia menyesalkan sikap Ahmad Fachry karena kurang komunikatif dalam menghadapi masalah. Mestinya Fachry bisa datang menemuinya untuk minta kunci. “Rumah saya persis di belakang bangunan yang digunakan sebagai kantor PAN. Mestinya dia (Achmad Fachry-red) bisa datang baik-baik dan berbicara serta permisi minta ijin, karena kunci satu-satunya bangunan sekretariat, saya yang pegang. Ini langsung nyelonong bawa orang-orang berwajah seram untuk mendobrak pintu. Ya jelas saya tersinggung,” bebernya.
Ia berharap pihak kepolisian segera menuntaskan masalah ini agar tidak bias menjadi konflik berkepanjangan. (PSa)