Anak Yatim Piatu dengan Segudang Prestasi

Dilaluinya kehidupan sebatang kara dan bertahun-tahun tinggal bersama orang.
Ia merajut semua impian dibawah tekanan dan penderitaan.
Dari sekolah dasar hingga menengah ia mengontrak ranking satu dan selalu juara umum.
Karena ia memiliki tekad keras untuk mengubah nasibnya,

maka ia memperjuangkan sebuah mimpi yang selalu diikrarkan,
yaitu kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di kawasan timur NTB,
 lalu ia memutuskan ‘kabur’ dari rumah tempatnya tinggal.
Tuhan pun mengangguk merestui misi besarnya itu.
Dengan rasa syukur ia mengayunkan langkah meninggalkan pulau Sumbawa.
Ddan untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di kota besar pusat pemerintahan provinsi yaitu Kota Mataram Pulau Lombok.
Seperti masa-masa pendidikan sebelumnya selalu mendapatkan beasiswa,
Di bangku kuliah pun demikian, bahkan hingga studi strata-1-nya selesai.
Di antara sekian banyak mahasiswa di kelasnya dari berbagai suku,
ia berhasil menempatkan dirinya di shaf terdepan dan terpilih sebagai mahasiswa berprestasi, keliling kota-kota besar di Indonesia hingga luar negeri.
Di ujung sana Sumbawa memetik rindu yang semakin ranum/
Meluruhkan kenangan tentang cinta ibu yang semanis madu, senikmat susu kuda liar.
Juga tentang daratan yang menyimpan biji emas yang kelak akan menjadi maskawinku padamu. ~~~~~

Begitulah penutup puisi Muhammad Ridwan yang berjudul ”Tembang Sumbawa” yang dibacakan di sebuah acara bertempat di Taman Budaya NTB beberapa tempo yang lalu.
Di tengah hiruk pikuk realitas sosial dan politik serta hilangnya nilai-nilai moral dalam kehidupan bermasyarakat belakangan ini, Muhammad Ridwan seorang pemuda Sumbawa membawa nama Indonesia dan tanah kelahirannya di kancah Asia. Kemampuannya menulis menghantarkan beberapa puisinya untuk diabadikan dalam sebuah buku di Singapura bersama penyair-penyair dari tiga negara. Ridwan tercatat sebagai penyair termuda di antara peserta lain..

Ridwan dikenal suka membaca buku maupun informasi-informasi penting di internet. Menurutnya dunia tulis-menulis adalah proses transformasi ide atau gagasan dan menjadi salah satu daya tarik sebagai media diplomasi.
Menurut Ridwan, ide kreatif yang dituangkan dalam sebuah tulisan merupakan parameter majunya peradaban suatu bangsa. Negara-negara barat menjadi kiblat literasi dunia karena kebiasaan menulis. Orang-orang luar memiliki selera cita rasa yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Satu-satunya cara adalah banyak menulis gagasan besar dan membaca..

Ridwan ditinggal wafat oleh ayahnya pada awal tahun 2007 karena sakit. Sebulan kemudian Ridwan yang saat itu masih berusia 11 tahun ditinggal wafat oleh ibunya. “Kedua orangtua saya meninggal disaat ketika saya belum bisa mendapatkan sumber penghidupan. Ketika saya baru belajar untuk mengerti macam-macam warna kehidupan,” tutur Ridwan.
Orang tua hanya mewariskan rumah yang belum jadi, dua buah kursi plastik, satu buah ranjang dan prabot perlengkapan dapur yang seadanya..”Tidak ada uang, tidak ada televisi atau alat-alat elektronik berharga lainnya, tidak ada lemari hanya kardus-kardus dan sebuah koper tempat menyimpan baju, tidak ada gaji mereka, tidak ada tanah berhektar-hektar. Mereka menyisakan air mata seolah berharap agar anaknya kelak menjadi orang berguna bagi bangsa dan negara,”.bebernya.

Karena di kampungnya belum ada sekolah setara SMP dan SMA, Ridwan pun melanjutkan pendidikan di MA Badrul Ulum Kecamatan Utan. Dengan modal tekad yang kuat, ia tinggal dan mengabdi di rumah orang. Pada masa sekolah, ia selalu meraih peringkat pertama dan juara umum. Karena selalu ranking satu, pemuda pengagum penyanyi Anggun C Sasmi ini menjadi langganan beasiswa hingga studi strata-1-nya selesai di Universitas Mataram (UNRAM). Bahkan ia menjadi mahasiswa pertama yang lulus dengan waktu 3,5 tahun di angkatannya dan lulusan terbaik di Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan UNRAM dan masuk dalam jajaran sepuluh mahasiswa berprestasi UNRAM tahun 2014.
Ridwan yang lahir di Desa Luk Loka Kecamatan Rhee dan menjalani masa remajanya di Kecamatan Utan ini memiliki bakat menulis. Setiap tahun ia menyabet juara menulis puisi dan kisah inspiratif tingkat regional dan nasional. Bahkan pada akhir tahun 2014, Ridwan lolos menjadi peserta di ajang International Model UN Conference di Roma-Italia.
Ia juga kerap kali mengikuti berbagai lomba ilmiah dan menjadi anggota tim dalam proyek penelitian dosen. Pemuda yang sekerang menginjak usia 22 tahun ini menjadi peserta aktif event-event organisasi di beberapa daerah serta cukup berani berbicara di seminar-seminar nasional dan menjadi pemakalah seminar internasional. (Rina Komala)

Prestasi Muhammad Ridwan

Riwayat Pekerjaan

Pengalaman Organisasi

Bahasa

Pengalaman Pelatihan / Workshop

Pengalaman Riset

Karya Ilmiah

Konferensi dan Seminar

Komentar

comments