Oleh : Badrul Munir (Wagub NTB periode 2008- 2013) Pengembangan pariwisata di Pulau Moyo tidak bisa lepas dari sosok Manambai Abdulkadir. Dialah inovator sekaligus motivator. Laksamana Madya (TNI) H. L. Manambai Abdulkadir, adalah putra Indonesia kelahiran Sumbawa.
Category: TRANSPORTASI/ BUDAYA / WISATA
Baleg Terima Usulan Ranperda Pariwisata dari Komisi IV
Sumbawa, PSnews – Komisi IV DPRD Kabupaten Sumbawa terus berupaya untuk mendorong kemajuan sektor pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Badan Legislasi (Baleg) pun sudah menerima usulan Ranperda tentang Pariwisata dari Komisi IV, untuk kemudian segera dilakukan pembahasan.
Disporabudpar Gelar Festival Qasidah Rabana
Sumbawa, PSnews – Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Sumbawa menggelar Festival Qasidah Rabana tingkat Kabupaten. Kegiatan pembukaan dilaksanakan di Taman Lapangan Pahlawan, Senin (25/4/2016) malam kemarin. Festival ini dihadiri Wakil Bupati Sumbawa Mahmud Abdullah, Camat se Kabupaten Sumbawa dan sejumlah pimpinan SKPD di Sumbawa.
Pemda Disarankan Bentuk Tim Tangani Batu Guring
Sumbawa, PSnews – Upaya Pemerintah Kabupaten Sumbawa untuk menghentikan beroperasinya tempat hiburan malam di wilayah Batu Guring Kecamatan Alas Barat terus dilakukan. Terlebih setelah sejumlah pengusaha membandel, dengan membuka kembali usahanya, padahal sudah sempat ditutup.
KPPT : Samawa Seaside Cottage Miliki Tiga Izin
Sumbawa, PSnews – Kejelasan terkait perizinan terhadap bangunan hotel milik PT Samawa Graha Wisata atau yang dikenal dengan Samawa Seaside Cottage di Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara akhirnya terjawab.
Dea Malela, SANG ULAMA PEJUANG
~~~~~~~~~~~~~~~ Catatan : Didin Maninggara Sekum Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Dea Malela ~~~~~~~~~~~~~~~ Ismail yang bergelar Dea Malela, bersama ayahnya Abdul Qodir Jaelani yang bergelar Dea Koasa, berhijrah dari Gowa, Makassar, Sulawesi Selatan untuk berdakwah ke Tana Samawa (Sumbawa). Kala itu, Ismail masih berumur 18 tahun pada 1746. Mereka mendarat dengan sampan kayu di Labuan Punti, Sumbawa Besar, ibukota Kesultanan Sumbawa.
Pengusaha Membandel, Cafe di Batu Guring Kembali Buka
Sumbawa, PSnews – Sejumlah pengusaha tempat hiburan malam di wilayah Batu Guring Kecamatan Alas Barat, membandel. Usaha hiburan malam yang mereka jalani ini kembali dibuka, setelah sebelumnya sempat ditutup secara sadar. Camat Alas Barat – Iwan Sofian yang dikonfirmasi terkait hal tersebut mengakui kalau sejumlah cafe di Batu Guring sudah kembali beroperasi.
Seniman 12 Negara Unjuk Kebolehan di Sumbawa
Sumbawa, PSnews – Sebanyak 16 seniman dari 12 negara menunjukkan kebolehannya di Kabupaten Sumbawa. Kedatangan mereka ini untuk menghadiri kegiatan seminar internasional Ziarah Tambora dan Festival Alunan Semesta 2016. Kedua kegiatan ini terlaksana Sabtu (9/4/2016). Seminar Nasional dilaksanakan di aula lantai III kantor Bupati Sumbawa pada pagi hari. Acara ini dipandu Budayawan Nasional Taufik Rahzen, yang merupakan putra Sumbawa. Seminar ini mengangkat tema “Antara Utopia dan Dis-utopia”.
Festival Tambora, Sumbawa Hanya ‘Singgahan’
Sumbawa, PSnews – Festival Tambora 2016 sebagai salah satu program wisata Pemerintah Provinsi NusaTenggara Barat (NTB) telah dibuka di Mataram, Sabtu malam kemarin. Pada acara pembukaan itu, juga ditampilkan tarian asli Sumbawa yaitu tari Sumbawa Kemang Lala. Berbagai kegiatan akan dilakukan sebagai rangkaian festival tersebut. Namun sangat disayangkan, Kabupaten Sumbawa hanya mendapat kesempatan sebagai tempat singgahan dari kegiatan lari dan sepeda bukan sebagai tempat kunjungan atau destinasi.
Marwah Adat Samawa Nyaris Hilang
Catatan Budaya Didin Maninggara ~~~~~~~ Terkait “Parajak Pasatotang Adat” Sultan Sumbawa kepada Bupati Sumbawa di Istana Dalam Loka pada 3 April 2016 ~~~~~~~~ Dilirik dari aspek kulturalitas, manusia Sumbawa atau tau Samawa memiliki falsafah hidup yang kental dengan nilai-nilai Islami. Yaitu, “adat barenti ko sara’, sara’ barenti ko kitabullah”. Atau, “adat bersendikan sara’, sara’ bersendikan kitabullah”. Tapi kini, kecenderungan manusia Sumbawa “berlawanan” dengan falsafah hidup tersebut. Banyak yang menganggap adat Samawa sebagai sesuatu yang tidak mesti dilakoni dalam kehidupan kekinian.