Dea Malela, SANG ULAMA PEJUANG

~~~~~~~~~~~~~~~ Catatan : Didin Maninggara Sekum Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Dea Malela ~~~~~~~~~~~~~~~ Ismail yang bergelar Dea Malela, bersama ayahnya Abdul Qodir Jaelani yang bergelar Dea Koasa, berhijrah dari Gowa, Makassar, Sulawesi Selatan untuk berdakwah ke Tana Samawa (Sumbawa). Kala itu, Ismail masih berumur 18 tahun pada 1746. Mereka mendarat dengan sampan kayu di Labuan Punti, Sumbawa Besar, ibukota Kesultanan Sumbawa. 

Shares

Pengusaha Membandel, Cafe di Batu Guring Kembali Buka

Sumbawa, PSnews – Sejumlah pengusaha tempat hiburan malam di wilayah Batu Guring Kecamatan Alas Barat, membandel. Usaha hiburan malam yang mereka jalani ini kembali dibuka, setelah sebelumnya sempat ditutup secara sadar. Camat Alas Barat – Iwan Sofian yang dikonfirmasi terkait hal tersebut mengakui kalau sejumlah cafe di Batu Guring sudah kembali beroperasi.

Shares

Seniman 12 Negara Unjuk Kebolehan di Sumbawa

Sumbawa, PSnews – Sebanyak 16 seniman dari 12 negara menunjukkan kebolehannya di Kabupaten Sumbawa. Kedatangan mereka ini untuk menghadiri kegiatan seminar internasional Ziarah Tambora dan Festival Alunan Semesta 2016. Kedua kegiatan ini terlaksana Sabtu (9/4/2016). Seminar Nasional dilaksanakan di aula lantai III kantor Bupati Sumbawa pada pagi hari. Acara ini dipandu Budayawan Nasional Taufik Rahzen, yang merupakan putra Sumbawa. Seminar ini mengangkat tema “Antara Utopia dan Dis-utopia”.

Shares

Festival Tambora, Sumbawa Hanya ‘Singgahan’

Sumbawa, PSnews – Festival Tambora 2016 sebagai salah satu program wisata Pemerintah Provinsi NusaTenggara Barat (NTB) telah dibuka di Mataram, Sabtu malam kemarin. Pada acara pembukaan itu, juga ditampilkan tarian asli Sumbawa yaitu tari Sumbawa Kemang Lala. Berbagai kegiatan akan dilakukan sebagai rangkaian festival tersebut. Namun sangat disayangkan, Kabupaten Sumbawa hanya mendapat kesempatan sebagai tempat singgahan dari kegiatan lari dan sepeda bukan sebagai tempat kunjungan atau destinasi.

Shares

Marwah Adat Samawa Nyaris Hilang

Catatan Budaya Didin Maninggara ~~~~~~~ Terkait “Parajak Pasatotang Adat” Sultan Sumbawa kepada Bupati Sumbawa di Istana Dalam Loka pada 3 April 2016 ~~~~~~~~ Dilirik dari aspek kulturalitas, manusia Sumbawa atau tau Samawa memiliki falsafah hidup yang kental dengan nilai-nilai Islami. Yaitu, “adat barenti ko sara’, sara’ barenti ko kitabullah”. Atau, “adat bersendikan sara’, sara’ bersendikan kitabullah”. Tapi kini, kecenderungan manusia Sumbawa “berlawanan” dengan falsafah hidup tersebut. Banyak yang menganggap adat Samawa sebagai sesuatu yang tidak mesti dilakoni dalam kehidupan kekinian.

Shares