Melalui Workshop, KKL UNSA Tunjukkan Kepedulian pada Petani

Sumbawa, PSnews – Menyikapi tingginya tingkat kegagalan panen padi oleh petani di Desa Juru Mapin Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa tahun 2016 ini, melalui kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) kelompok 24 Desa Juru Mapin mengadakan serangkaian kegiatan, salah satunya adalah workshop Manajemen Penyakit Tanaman Padi yang dihadiri oleh penyuluh pertanian, Kepala Desa Juru Mapen, dan Kelompok Tani yang ada di Desa Juru Mapin. Kegiatan workshop tersebut terselenggara atas kerjasama Program Studi Agro teknologi Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas Samawa, PT Bisi Internasional TBK, Peserta KKL kelompok 24 dan Pemerintah Desa Juru Mapen. Pada kesempatan tersebut nara sumber berasal dari akademisi yaitu Heri Kusnayadi, MP (Dosen FPP UNSA), Okta Adi Saputra, SP (Staf Agronomis PT Bisi Internasional TBK).

Heri Kusnayadi, MP menjelaskan bahwa penyakit blas merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat berbahaya bagi petani karena dapat menurunkan hasil mencapai 70 % bahkan lebih, penyakit blas merupakan penyakit yang diinfeksikan oleh jamur Pyriculariaorysae. Penyakit ini dapat menginfeksi seluruh bagian tanaman padi, baik bagian daun, buku, leher dan malai bahkan bagian pelepah daun.
Gejala padi yang terserang penyakit blas adalah 1). Bercak daun tampak berbentuk bulat, berwarna hijau tua dan bagian ujung tanaman padi runcing, 2). Lama kelamaan bercak yang sudah diinfeksikan oleh jamur berkembang menjadi bentuk gelondong atau kumparan, pada bagian tengah terdapatkonidiapordankonidia pathogen, 3). Bagian tangkai malai membusuk dan patah, 5). Bagian batang membusuk dan mudah rebah, 6). Apabila penyakit blas menyerang tanaman padi sebelum pengisian bulir maka akan terjadi pembentukan bulir hampa.

Heri juga menjelaskan strategi pencegahan dan pengendalian penyakit blas, yakni 1). Melakukan sanitasi lingkungan dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sawah dari gulma yang menjadi inang alternative dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi, 2). Menggunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah setempat, 3). Menggunakan benih sehat, 4). Menghindari penggunaan pupuk nitrogen di atas dosis anjuran, 5). Menghindari tanam padi dengan varietas yang sama secara terus menerus sepanjang tahun, 6). Menghindari tanam padi terlambat dari petani di sekitarnya, 7). Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian, 8). Penyemprotan fungisida systemic sebaiknya dua kali yaitu pada saat stadia tanaman anakan maksimum dan awal berbunga untuk mencegah penyakit blas daun dan blas leher terutama di daerah endemik, 9). Menghindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung), 10). Pemakaian kompos sebagai sumber bahan organik.

Pada bagian lain Okta Adi Saputra, SP yang juga merupakan alumni program studi Agroteknologi FPP UNSA, menjelaskan obat yang dapat digunakan oleh petani untuk menghindari kehilangan hasil akibat terserang penyakit blas.

Sementara Kepala Desa Juru Mapin menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada para narasumber dan panitia yang telah memberikan ilmu kepada petani yang sedang mengalami keterpurukan akibat gagal panen karena serangan penyakit blas. “Kegiatan ini merupakan kegiatan yang luar biasa bagi kami masyarakat yang mayoritas petani ini, sebab dengan pengetahuan yang kami dapatkan, kami bias melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah dan menghilangkan penyakit tananam padi ini untuk hasil panen dan kualitas padi yang lebih bagus,” ujar Kades setempat.

Ia berharap pada UNSA agar kedepannya dapat bekerjasama dengan Desa Juru Mapin dalam kegiatan lainnya. (Heri Kurniawan)

Komentar

comments

Shares

Related posts

Leave a Comment