Sumbawa, PSnews – Gempa bumi yang datang bertubi-tubi melanda wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak akhir Juli 2018, telah menimbulkan trauma yang mendalam bagi warga setempat. Getaran terkuat dari ratusan kali terjadinya gempa yakni berkekuatan 7.0 SR yang berpusat di Lombok Utara. Hingga 11 Agustus 2018 menurut catatan BNPB, jumlah korban jiwa akibat gempa di Lombok telah mencapai 387 orang. Meski di Sumbawa tidak menimbulkan korban jiwa, namun getarannya cukup kuat, bahkan ada beberapa bangunan rumah warga yang retak dan roboh. Hal ini mendorong ekskul Kelompok Ilmiah Siswa (KIS) Let Luar bekerjasama dengan pihak SDN Sukamaju Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa untuk mempersiapkan siswa setempat bila sewaktu-waktu terjadi gempa berskala besar.
Penanggungjawab ekskul Kelompok Ilmiah Siswa (KIS) Let Luar, Taufiqurakhim Aliyathma, S.KM, M.PH (in OSH) mengatakan, untuk mengurangi bahkan mencegah terjadinya cedera maupun kematian, maka diperlukan adanya simulasi. “Perhatian itulah yang menyebabkan SDN Sukamaju bekerja sama dengan ekskul Kelompok Ilmiah Siswa (KIS) Let Luar mengadakan simulasi pada hari Sabtu (11/8/2018),” ujar Taufik pada media ini Minggu (12/8/2018).
Sebelum mengadakan simulasi, siswa yang tergabung dalam KIS Let Luar membuat jalur evakuasi beserta tim P3K yang dibentuk dari Dokter Kecil UKS SDN Sukamaju pada hari Jumat (10/8/2018). Jalur evakuasi dibuat di atas paving blok berwarna hijau dengan garis tepi kuning sehingga mudah terlihat. Jalur evakuasi mengarah ke lapangan utama.
Simulasi gempa perlu dilaksanakan agar tidak ada kebingungan ketika terjadi gempa. Kepada para siswa Taufiq sebagai penanggung jawab sekaligus Pembina KIS Let Luar memberikan penjelasan mengenai mitigasi bencana khususnya gempa sekaligus memimpin pelaksanaan simulasi ini. “Sebelum melaksanakan simulasi, kita memberikan pengarahan kepada siswa apa yang harus dilaksukan pra gempa, saat gempa dan pasca gempa sehingga kita dapat mengurangi bahkan menghindari cidera maupun korban jiwa,” katanya.
Taufiq menegaskan, simulasi dilaksanakan agar tidak ada kebingungan ketika terjadi gempa, apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara menyelamatkan diri.
Saat pelaksanaan simulasi, seluruh siswa seolah-olah mengikuti proses belajar mengajar. Ketika gempa terjadi, sirine dibunyikan sehingga ratusan siswa berhamburan keluar kelas untuk menyelamatkan diri. Ada beberapa siswa yang menyelamatkan diri dengan bersembunyi di bawah meja. Dalam kegiatan tersebut, terdapat beberapa siswa menjadi pemeran korban cedera, baik yang luka-luka, patah tulang serta korban yang tak sadarkan diri. Tim P3K dengan segera mengevakuasi seluruh korban ke tengah lapangan untuk memberikan pertolongan pertama. Sedangkan guru menghubungi Puskesmas memberikan laporan adanya korban.
Salah satu peserta simulasi, Komang Wisnu mengaku senang diadakannya simulasi ini karena ia jadi tahu apa yang harus dilakukan dan seolah-olah sedang terjadi gempa sehingga jiwa empatinya muncul seketika. “Melihat korban cedera walaupun hanya model cedera, saya terketuk untuk membantunya, mengangkatnya keluar”, katanya.
Terdapat 4 orang tim inti P3K, yaitu Kadek Manik, Agustin Olivia, Budyawan dan Luh Widya Wati. Salah satu petugas P3K, Agustin Olivia mengaku kegiatan simulasi yang diadakan merupakan pengalaman berharga untuk seluruh siswa karena dapat meningkatkan empati sesama korban gempa. “Kegiatan ini merupakan pengalaman pertama kami. Kami hanya mengobati luka pada siswa, tapi kini harus menangani korban yang mengalami cedera”. Luh Widya Wati menambahkan, “Ternyata berat sekali tugas menjadi relawan. Kita harus mengerahkan seluruh tenaga dan pikiran untuk menyelamatkan korban dan harus tahu korban mana yang harus diprioritaskan”.
Beberapa hal yang telah disiapkan dalam menghadapi gempa oleh SDN Sukamaju, yaitu jalur evakuasi, tim P3K, nomor darurat serta guru yang bertugas menghubungi puskesmas. (PSt)