Terkikisnya Nilai Pendidikan Lokalitas Adat Bima Akibat Hegemoni Gaya Barat

OPINI

Oleh : Iwansyah,S.Kep.,Ns.,CWCCA
(Mantan Ketua Umum HMI Komisariat STIKPER Gunung Sari Makassar)

            Perubahan sosial yang terus terjadi adalah sebuah keniscayaan peradaban yang tidak bisa ditolak keberadaannya, globalisasi dan modernitas yang kejam sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan di Kabupaten Bima NTB khususnya nilai budaya dan adat masyarakat Bima. Wajah zaman yang kian bermetamorfis membuat tatanan sosial pun ikut berubah. Kondisi seperti demikian tentunya berimplikasi terhadap tumbuh kembangnya peserta didik.  Masalah pendidikan yang paling mendesak adalah bukan menekankan pada efisiensi sekolah atau dunia kampus kita tetapi lebih tentang bagaimana menciptakan dan menjaga masyarakat yang lebih manusiawi yaitu dengan pendekatan pendidikan yang berbasis pada nilai lokalitas Kabupaten Bima”. Pendidikan merupakan salah satu alat transformasi sebuah nilai yang ingin di lekatkan pada peserta didik baik nilai moralitas, kemanusiaan, kebertuhanan, serta kebudayaan adat mbojo, sebab dengan sistem pendidikan lokalitas bima mampu merubah dari hal yang tidak tau menjadi tau dan memiliki nilai etika dan estetika. Akan tetapi sebuah fenomena besar yang telah terjadi pada pendidikan di jaman post moderen sekarang seolah terjadi krisis nilai pada semua aspek terutama pada moralitas generasi pemuda di bima.

Pertanyaan kemudia apakah nilai-nilai moralitas dan spritualitas di dunia pendidikan telah ditanamkan pada peserta didik pada generasi penerus cita bangsa? jawabannya, ada pada guru dan dosen yang memberikan proses pengajaran, pembimbingan dan memberikan contoh  pada setia pendidikan yang baik. Semoga saja hal itu telah terlaksan di dunia pendidikan sekarang ini khususnya di bima. Walaupun seharusnya kebanyak orang-orang yang berpendidikan melakukan tawuran dan lain sebagainya.

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memiliki budaya lokalitas bima yang berkarakter dan memiliki nilai etika dan estetika, terbebas dari hegemoni kekuasaan dan kekuatan ekonomi, sehingga tercipta masyarakat terdidik dan tercerahkan dalam nuansa romantisme ketercerahan.

Pendidikan adalah kebudayaan yang sedang berlangsung dan tidak dapat di pisahkan dari sifat-sifat kebudayaan dan adat istiadat proses dan sistem pendidikan yang selama ini kita jadikan sebagai kurikulum yang bersumber dari barat musti di runtuhkan karena sangat tidak cocok dengan kebudayaan masyarakat kita khususnya di bima. Kebudayaan sistem barat hanya mementikan orientasi intelektualitas dan menyampingkan nilai-nila emosional dan spritualitas di dunia pendidikan. Tidaklah mengherankan jika pendidikan di bima mengalami krisis moralilas dan tidak memiliki nilai etika dan estetika lihat saja dari cara bicara dan cara berpakaian yang melanggar dari nilai-nilai adat bima yang selama ini budaya bima terkenal dengan berpakaian yang tertutup dan sopan, yang sebenarnya akarnya menancap di dunia pendidikan.

Arus utama pendidikan adalah sebuah proses memanusiakan manusia. Menjadikanya lebih kreatif dan mampu mengembangkan potensi yang masih tertidur di dalam jiwa manusia. Tapi yang terjadi sebuah fenomena yang kian mengkristal, tak luput dari nuansa perkembangan pendidikan kita yang telah lalai dari cita luhurnya yaitu menciptakan pencerahan dan telah bergeser menjadi sebuah kontrak sosial bagi pemegang saham. Pendidikan yang di canangkan sebagai modal utama dalam membangun peradaban yang tercerah hanya menjadi simbol belakang, sementara di balik semua itu ada topeng  ekonomi yang menjadi basis utama dalam menebalkan kantong para pelakon.

Pendidikan yang di landasi oleh budaya materialistik (pendidikan gaya barat), akan menghasilkan manusia-manusia serakah, sebailknya pendidikan yang berbasis lokalitas budaya bima (memakar pada budaya memanusiakan manusia) akan menghasilkan manusia yang memiliki nilai-nilai moralitas. Budaya lokal  bima yang ada di negeri ini menjunjung tinggi kebertuhanan, kemanusiaan, dan keberadaannya di alam semesta.

Kearifan lokal jika di tanamkan akan membentuk karakter peserta didik yang tangguh , dan kokoh walaupun di hempas badai moralitas kabupaten kita yang telah kian terhanyut oleh keresakahan akan kekuasaan dan keuangan . perbedaan latar pendidikan dan latar budaya, yang berbeda merupakan pola interaksi sosial yang terus menerus berlanjut sebagai bagian dari proses mencari jati diri manusia. Sesungguhnya keberadaan pendidikan lokalitas budaya bima sebagai alat untuk menemukannya sebuah nilai yang sebenarnya telah tertanam di dalam diri manusia dengan pendidikanlah kita dapat menggali nilai luhur itu agar  bisa menjadi manusia yang lebih baik. Sehingga seluruh masyarakat dapat menciptakan sebuah peradaban baru yang tercerahkan dengan ilmu pengetahuan lokal yang memiliki nurani dan keimanan.

Masyarakat yang tercerahkan akan melahirkan  kedamain, keadilan yang merupakan cita bangsa ini  yang telah lama menggeliat di  dalam masyarakat. Moderen haus akan kelapar dan kekuasaan yang kadang menghalalkan segala cara untuk memenuhi hasrat-hasratnya, namun dengan adanya sebuah budaya kearifan lokal di kabupaten bima yang di tanamkan melalui pendidikan, akan mengantarkan generasi muda di bima ini mengembalikan harkat dan martabat yang telah kehilangan bentuk.

Komentar

comments

Shares

Related posts

Leave a Comment